Menurut BMKG: Indonesia Tidak Sedang Disapu Gelombang Panas

BMKG membantah kabar adanya gelombang panas yang melanda Indonesia.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 15 November 2020 | 11:30 WIB
Logo BMKG. (BMKG)

Logo BMKG. (BMKG)

Hitekno.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia sedang tidak menglami terpaan gelombang panas sebagaimana kabar yang beredar di media sosial. Beberapa netizen mengaku suhu siang hari bisa mencapai 40 derajat Celcius.

BMKG menjawab pertanyaan dengan menyampaikan suhu panas yang dirasakan ini bukan dari adanya gelombang panas.

Melalui pernyataan tertulis kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (14/11/2020), BMKG menyebut berita yang beredar tersebut tidak tepat karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak tergolong sebagai gelombang panas.

Dalam ilmu klimatologi, gelombang panas adalah periode cuaca atau suhu panas yang tidak wajar dan biasa berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih yang disertai kelembapan udara tinggi.

Suatu kawasan dianggap terkena gelombang panas jika mencatatkan suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik seperti melonjak lima derajat Celcius dibanding normal dan berlangsung selama lima hari atau lebih secara berturut-turut.

Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.

Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara menetap dalam beberapa hari.

Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)
Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Berdasarkan pantauan BMKG terhadap suhu maksimum di wilayah Indonesia, suhu tertinggi siang hari mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir. Tercatat suhu lebih dari 36 derajat Celcius di Bima, Sabu dan Sumbawa pada 12 November 2020.

Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Bandara Sultan Muhammad Salahudin, Bima yaitu 37,2 derajat Celcius. Namun catatan suhu itu bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum pada wilayah tersebut dan masih dalam ambang batas wajar.

Adapun sebab suhu tinggi beberapa waktu terakhir karena ada kedudukan semu gerak matahari yang tepat di atas Pulau Jawa dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.

Baca Juga: Waspada, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Sepanjang Hari Ini

Posisi semu itu membuat paparan cahaya matahari memicu peningkatan suhu. Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi dua kali yaitu pada November dan April.

Salah satu dampak dari kedudukan semu itu adalah kawasan Jawa dan NTT mengalami peningkatan suhu tetapi tidak tergolong terkena gelombang panas.

Itulah hasil pengamatan BMKG yang menyampaikan kalau Indonesia tidak sedang terkena terpaan gelombang panas. (Suara.com/ Liberty Jemadu)

Berita Terkait Berita Terkini

Salah satu pohon tertinggi di dunia yang berusia 450 tahun terbakar....

sains | 20:11 WIB

Fenomena langka Bulan hitam akan terjadi pada 23 Agustus 2025....

sains | 19:06 WIB

Ahli kimia memaparkan bahayanya menggunakan gas air mata yang sudah kedaluwarsa....

sains | 11:17 WIB

Sejumlah fakta tentang paus orca atau paus pembunuh....

sains | 17:31 WIB

Jika kalian melihat 9 makhluk di atas untuk segera menjauh dan segera keluar dari air untuk menyelamatkan diri dari sera...

sains | 15:06 WIB