Menurut Ilmuwan, Seperti Ini Awal Pembentukan Planet Pluto

Para ilmuwan Amerika Serikat mencapai kesimpulan terkait planet Pluto menggunakan wahana antariksa New Horizon milik NASA.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 27 Juni 2020 | 06:00 WIB
Ilustrasi Pluto. (NASA)

Ilustrasi Pluto. (NASA)

Hitekno.com - Pluto selama ini dikenal sebagai planet yang sangat dingin dan berlapis es. Belum lama ini ilmuwan mendapatkan bagaimana awal mula planet tersebut terbentuk.

Penelitian baru yang diterbitkan di Nature Geoscience, mendapati planet Pluto memiliki awal yang panas dan mengembangkan samudera cair bawah permukaan jauh lebih awal dari yang diperkirakan.

Para ilmuwan Amerika Serikat mencapai kesimpulan tersebut dengan membandingkan berbagai simulasi termal interior Pluto, berkat bantuan wahana antariksa New Horizon milik NASA.

Baca Juga: NASA Berencana Kembali ke Pluto, Apa yang Akan Dilakukan?

"Untuk waktu yang lama kita telah memikirkan tentang evolusi termal Pluto dan kemampuan lautan untuk bertahan hidup hingga saat ini. Sekarang kita memiliki gambar permukaan Pluto dari misi New Horizons NASA, kita dapat membandingkan apa yang kita lihat dengan prediksi model evolusi termal yang berbeda," ucap Francis Nimmo, profesor ilmu Bumi dan planet di UC Santa Cruz, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (26/6/2020).

New Horizons mengungkapkan bahwa fitur pada permukaan Pluto adalah objek yang aktif secara geologis. Sebelumnya, para ilmuwan telah mencurigai adanya lautan asin di bawah permukaan lapisan es Pluto.

Para ilmuwan secara tradisional mengaitkan pembentukan lautan Pluto dengan panas, yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif di interior planet kerdil, yang diukir di dalam bola es dan batu beku.

Baca Juga: Akankah Pluto dan Neptunus Bertabrakan? Ini Penjelasannya

Tetapi dari simulasi baru yang dilakukan ilmuwan tim ahli, skenario awal ini tidak akan menjelaskan beberapa fitur permukaan Pluto yang dilihat oleh New Horizons.

Ilustrasi Planet Pluto. [Shutterstock]
Ilustrasi Planet Pluto. [Shutterstock]

"Jika mulai dingin dan es meleleh secara internal, Pluto akan berkontraksi dan kita harus melihat fitur kompresi di permukaannya, sedangkan jika mulai panas itu akan meluas ketika laut membeku dan kita akan melihat fitur ekstensi di permukaan," kata Carver Bierson, mahasiswa pascasarjana di UC Santa Cruz dalam sebuah pernyataan.

Sebagian besar energi gravitasi dilepaskan dari bahan yang bertambah, harus dipertahankan sebagai suhu panas agar Pluto cukup panas untuk memiliki lautan cair di masa-masa pembentukan awal. Agar hal itu terjadi, pembentukan Pluto kemungkinan terjadi dengan cepat.

Baca Juga: Pimpinan NASA Menyebutkan Pluto Adalah Planet, Perdebatan Makin Panas

"Jika itu menumpuk terlalu lambat, bahan panas di permukaan memancarkan energi ke luar angkasa. Tetapi jika itu menumpuk cukup cepat, panas akan terperangkap di dalamnya," tambah Nimmo.

Menurut perhitungan para ahli menunjukkan bahwa jika planet kerdil terbentuk selama periode kurang dari 30.000 tahun maka panasnya akan tetap terjaga.

Jika di sisi lain, periode ini berlangsung selama beberapa juta tahun, maka objek luar angkasa yang besar harus menabrak untuk mengubur energi jauh di dalam permukaan Pluto untuk menghasilkan panas yang cukup.

Baca Juga: Ilmuwan Menemukan Laut di Pluto, Peluang Adanya Kehidupan Terbuka

Itulah penelitian terbaru ilmuwan yang menapati bagaimana awal mula planet pluto terbentuk. Planet yang dikenal dengan lapisan es yang dimilikinya. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak