Tempat Berbahaya di Tata Surya, Saturnus Punya Lapisan Kabut Heksagon

Tak hanya terkenal dengan cincinnya, Saturnus juga menyimpan badai mematikan di dalamnya.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 19 Mei 2020 | 06:00 WIB
Kutub Utara Saturnus dengan awan berbentuk heksagon di atasnya. (NASA/ JPL_Caltech/ Space Science Institute)

Kutub Utara Saturnus dengan awan berbentuk heksagon di atasnya. (NASA/ JPL_Caltech/ Space Science Institute)

Hitekno.com - Dalam sebuah penelitian terbaru, ilmuwan berhasil menyusun hipotesa mengenai keberadaan awan yang berakhir dengan pola heksagonal di Kutub Utara Saturnus.

Mekanisme pasti untuk bentuk yang tidak biasa ini masih belum jelas tetapi ilmuwan memiliki beberapa ide tentang itu.

Para peneliti berpikir bahwa wilayah tersebut memiliki sistem lapisan kabut yang paling luas yang pernah diamati di Tata Surya.

Baca Juga: Dampak Matahari Lockdown, Apakah Berbahaya Bagi Bumi?

Kutub Utara dan juga lingkungan Saturnus mungkin bisa dikategorikan sebagai salah satu tempat paling berbahaya di Tata Surya.

Planet Saturnus yang memiliki luas 10 kali lebih besar dari Bumi ternyata menyimpan deretan badai mematikan.

Ilustrasi artistik saat Cassini mengorbit Saturnus. (NASA)
Ilustrasi artistik saat Cassini mengorbit Saturnus. (NASA)

Penelitian awal mengenai Saturnus bahkan menyebutkan bahwa planet ini memiliki petir raksasa di mana kekuatannya 1.000 kali lebih besar jika dibandingkan petir di Bumi.

Baca Juga: Bintang Kuno Setua Alam Semesta Berhasil Ditemukan Astronom

Dalam menganalisa dan melakukan hipotesa baru, ilmuwan menggunakan data yang direkam oleh pesawat luar angkasa Cassini di tahun 2015 dan data tambahan dari teleskop Hubble.

Gambar resolusi tinggi yang diambil oleh misi Cassini telah mengungkapkan lapisan-lapisan dalam struktur gelombang aneh yang mengelilingi Kutub Utara Saturnus.

Awan yang berada di atas Kutub Utara Saturnus berbentuk heksagon yang berarti kisa bisa melihat pola hampir sempurna dari suatu segi enam pada pucuk planet.

Baca Juga: Memiliki Langit Kuning, Ilmuwan NASA Temukan Planet Aneh

Suhu di Saturnus yang mampu menciptakan badai super besar juga tak main-main.

Komposisi kimianya eksotis bagi kita karena suhu rendah di atmosfer Saturnus berkisar antara 120 dan 180 derajat Celcius di bawah nol.

Bentuk Heksagon pada kabut dan awan Satunus saat direkam melalui Cassini dengan instrumen Imaging Science Subsystem. (NASA)
Bentuk Heksagon pada kabut dan awan Satunus saat direkam melalui Cassini dengan instrumen Imaging Science Subsystem. (NASA)

Pada bagian kutub, terdapat aliran jet super cepat di dalam gelombang planet raksasa di mana angin mencapai kecepatan maksimum sekitar 400 kilometer per jam.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bukti Pernah Ada Sungai di Planet Mars

Pola heksagon ternyata menyimpan tujuh lapisan kabut yang bertumpuk di atas awan, dengan setiap lapisan berkisar antara 7 dan 18 kilometer tebalnya.

"Gambar-gambar Cassini telah memungkinkan kita untuk menemukan bahwa, seperti sandwich yang telah dibentuk, segi enam memiliki sistem berlapis-lapis setidaknya tujuh lapisan kabut yang memanjang dari puncak awan ke ketinggian lebih dari 300 km di atas mereka," kata penulis penelitian bernama Profesor Agustín Sánchez-Lavega dari University of the Basque Country dalam rilis resminya.

Penelitian mengenai pola heksagon pada Kutub Utara Saturnus telah diterbitkan di jurnal Nature Communication.

Lapisan kabut ini terbuat dari partikel berukuran mikron, kemungkinan dalam wujud beberapa es hidrokarbon.

Lapian kabut pada Kutub Utara Saturnus yang berbentuk heksagon. (NASA)
Lapian kabut pada Kutub Utara Saturnus yang berbentuk heksagon. (NASA)

Dikutip dari IFLScience, untuk setiap sistem kabut yang penuh, maka ketebalannya bisa mencapai sekitar 130 kilometer.

Terkait terbentuknya, ilmuwan mencurigai bahwa gelombang gravitasi bisa menjadi faktor utama.

Gelombang gravitasi terbentuk dalam fluida di batas permukaan antara dua media, misalnya, gelombang laut.

Para peneliti menyarankan bahwa perbedaan dalam kepadatan dan suhu (jauh di bawah nol derajat) dan dinamika antara segi enam dan aliran jet di sekitar kutub, menghasilkan gelombang gravitasi yang memungkinkan perambatan vertikal gelombang gravitasi, sehingga membentuk lapisan kabut.

Penelitian di atas masih hipotesa awal dari ilmuwan sehingga Kutub Utara yang mengandung awan serta lapisan kabut berbentuk heksagon masih menarik untuk diteliti di masa depan.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak