Jelang Puasa, Ini Penjelasan Ilmiah Mengenai Hilal

Melihat asal bahasanya, Hilal merupakan istilah dari bahasa Arab yang berarti bulan sabit.

Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia
Kamis, 23 April 2020 | 14:34 WIB
Petugas memantau penampakan Hilal di Masjid Al-Musyari'in, Basmol, Jakarta, Minggu (5/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]

Petugas memantau penampakan Hilal di Masjid Al-Musyari'in, Basmol, Jakarta, Minggu (5/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]

Hitekno.com - Hilal begitu identik dengan Ramadan dan sebagai penentu awal puasa. Menjelang puasa, biasanya ramai pembahasan mengenai Hilal, lalu apa sebenarnya Hilal jika dilihat secara ilmiah?

Sebelum melakukan ibadah puasa, biasanya umat Muslim akan melakukan pemantauan Hilal, apakah sudah tampak atau belum. Untuk tugas ini, dilakukan oleh Kemenag sebelum menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal Ramadan.

Melihat asal bahasanya, Hilal merupakan istilah dari bahasa Arab yang berarti bulan sabit. Menentukan Hilal biasanya dilakukan dengan memantau bulan sabit pertama menggunakan mata telanjang atau alat bantu pengamatan.

Baca Juga: Canggih, NASA Kembangkan Teknologi untuk Buat Oksigen dari Emas

Secara ilmiah, Hilal merupakan bagian dari fase bulan. Cecep Nurwendaya, anggota Banda Hisab Rukyat Kemenag RI menyebutkan bahwa ada lima fase bulan saat memantau Hilal.

Fase pertama yaitu bulan baru, fase kedua adalah bulan sabit atau Hilal, fase ketiga yaitu bulan separuh kuartil pertama, fase keempat yaitu bulan besar, dan fase terakhir yaitu bulan tua.

Petugas memantau penampakan Hilal di Masjid Al-Musyari'in, Basmol, Jakarta, Minggu (5/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]
Petugas memantau penampakan Hilal di Masjid Al-Musyari'in, Basmol, Jakarta, Minggu (5/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]

Mengutip Jurnal Universum, dalam pandangan astronomi moder, Hilal baru dapat terlihat jika posisi bulan dalam jarak minimal 8 derajat di samping matahari.

Baca Juga: Meski WFH, Staf NASA Tetap Kirim Perintah ke Robot Curiosity di Mars

Memantau Hilal untuk menentukan awal puasa dimulai biasanya dilakukan pemantauan pada bulan sabit muda yang terlihat usai terjadi bulan baru pada arah matahari terbenam. Penampakannya lalu menjadi acuan dalam kalender Islam.

Hilal pada umumnya memiliki bentuk tegak layaknya bulan sabit yang tipis. Lengkungan Hilal biasanya berada pada arah matahari. Hilal sering kali nampak mirip goresan cahaya yang tipis sehingga sulit dilihat.

Di Indonesia, penentuan Hilal dilakukan dengan dua metode yaitu rukyah dan wujud Hilal. Dua metode ini yang lalu membuat Indonesia memiliki dua waktu perayaan Ramadan dan Idul Fitri.

Baca Juga: Kerja Sama Bareng SpaceX, NASA Siap Mulai Misi Antariksa Terbaru

Pemantauan Hilal. (Suara.com/Arief Hermawan P)
Petugas memantau penampakan Hilal di Masjid Al-Musyari'in, Basmol, Jakarta, Minggu (5/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]

Metode rukyah biasanya dengan menggunakan pantauan mata yaitu dengan batasan pengamatan mata dua derajat. Jika Hilal terlihat dengan menggunakan metode rukyah, maka besok adalah hari pertama dalam kalender Hijriah.

Metode kedua adalah wujudal Hilal yang percaya jika Hilal berada di atas cakrawala. Saat Hilal sudah berada di atas cakrawala, maka malam tersebut sudah memasuki bulan baru dalam kalender Hijriah.

Untuk memantau Hilal kini sudah tercipta berbagai teknologi super canggih. Sebelumnya, beberapa orang melakukan pengamatan Hilal dengan menggunakan mata telanjang.

Baca Juga: Menakjubkan, NASA Ungkap Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau

Selain menggunakan teleskop, saat ini pengamatan Hilal juga menggunakan kamera digital yang hasilnya bisa diolah untuk meningkatkan kontras antara Hilal dan cahaya syafak atau senja.

Melansir dari Suara.com, Kementerian Agama nantinya akan menggelar sidang Isbat penetapan awal Ramadan 1441H pada Kamis 23 April 2020 dan digelar secara virtual untuk mencegah penyebaran virus corona.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak