Robot Penjelajah China Temukan Keanehan di Sisi Jauh Bulan, Apa Itu?

Baru-baru ini, Yutu 2 menemukan sesuatu yang aneh di sisi jauh Bulan.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 22 Februari 2020 | 16:15 WIB
Chang'e 4 and Yutu 2 saling memotret satu sama lain. (CNSA/CLEP).

Chang'e 4 and Yutu 2 saling memotret satu sama lain. (CNSA/CLEP).

Hitekno.com - China telah berhasil mendaratkan Chang'e-4 dan penjelajah Yutu 2 di sisi terjaduh bulan. Robot penjelajah China ini ternyata menemukan keanehan di sana.

Seperti diberitakan sebelumnya, pendarat Chang'e-4 dan penjelajah Yutu 2 diluncurkan ke Bulan pada 8 Desember 2018 dan melakukan pendaratan pertama di sisi jauh Bulan pada awal Januari 2019.

Baru-baru ini, Yutu 2 menemukan sesuatu yang aneh dan terlihat seperti batu yang berusia relatif muda.

Baca Juga: Dikirim ke Bulan dan Mars, NASA Buka Lowongan Astronot Baru

Penjelajah milik China itu mencitrakan bebatuan yang tersebar dan nampak berwarna lebih terang pada hari ke-13 misi pada Desember tahun lalu.

Spesimen tersebut sangat berbeda dari yang telah dipelajari oleh robot penjelajah sebelumnya.

Penemuan baru itu bisa memberi wawasan lebih mengenai sejarah geologi dan evolusi daerah tersebut, yang disebut kawah Von Kármán.

Baca Juga: Ilmuwan Ingin Ubah Debu Bulan Menjadi Oksigen, Bagaimana Caranya?

Hasil dari pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh tim penjelajah mengungkapkan adanya sedikit erosi yang disebabkan oleh mikrometeorit dan perubahan suhu di siang dan malam Bulan.

Yutu 2 difoto Chang'e 4 saat berada di bulan. (CNSA/CLEP).
Yutu 2 difoto Chang'e 4 saat berada di bulan. (CNSA/CLEP).

Hal tersebut menunjukkan bahwa fragmen itu relatif muda. Seiring berjalannya waktu, batu cenderung terkikis menjadi tanah.

Warna berbeda dari batu tersebut juga mengindikasikan bahwa bebatuan mungkin berasal dari daerah yang berbeda dengan daerah yang dijelajahi Yutu 2.

Baca Juga: China Akan Kirim Pesawat Penjelajah ke Planet Mars, Ini Penampakannya

Dan Moriarty, seorang postdoctoral NASA di Goddard Space Flight Center di Maryland, mengatakan bahwa ukuran, bentuk, dan warna batuan memberikan petunjuk asal bebatuan tersebut.

China Bagikan Foto Cantik dari Misi Sisi Jauh Bulan. (ic Spatiales)
China Bagikan Foto Cantik dari Misi Sisi Jauh Bulan. (ic Spatiales)

"Karena (bebatuan) semuanya terlihat cukup mirip dalam ukuran dan bentuk, masuk akal untuk menebak bahwa semuanya mungkin terkait. Chang'e-4 mendarat di wilayah yang penuh material vulkanik, itu jauh lebih gelap daripada kerak dataran tinggi Bulan biasa. Jika batu-batu ini memang lebih terang dari tanah, itu bisa berarti bahwa itu terdiri dari komponen yang lebih tinggi dari bahan kerak dataran tinggi yang terang daripada tanah yang kaya akan gunung berapi di sekitarnya," ucap Dan Moriarty, seperti dikutip dari Space.com.

Moriarty menambahkan bahwa gambar batu yang beresolusi lebih tinggi akan memberikan lebih banyak informasi. Tapi ia memprediksi usia batuan tersebut kemungkinan besar terbentuk setelah peristiwa pelapisan utama di kawah Von Kármán.

Baca Juga: Robot Penjelajah Opportunity Hilang di Mars, Ini yang Dilakukan NASA

Chang'e 4 difoto Yutu 2 saat berada di bulan. (CNSA/CLEP).
Chang'e 4 difoto Yutu 2 saat berada di bulan. (CNSA/CLEP).

"Itu bisa saja 10 hingga 100 juta tahun lalu atau 1 hingga 2 miliar tahun. Sangat sulit untuk mengatakannya secara pasti," tambah Moriarty.

Untuk mempelajarinya lebih lanjut, tim Yutu 2 menavigasi penjelajah untuk menganalisis salah satu spesimen dengan instrumen Visible and Near-infrared Imaging Spectrometer (VNIS).

Teknologi ini bisa menjadi cara yang lebih cerdas untuk membuktikan kebutuhan penyimpanan tambahan di perangkat apapun di masa mendatang.

Tak hanya itu, ini juga akan memungkinkan migrasi data yang lebih mudah bagi pengguna saat berpindah smartphone.

Itulah keanehan yang ditemukan robot penjelajah China Yutu 2 di sisi terjauh bulan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak