Selama Agustus, Delapan Gempa Terjadi di Busur Subduksi Sunda

Perihal gempa ini, BMKG tertarik untuk mencermati.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Selasa, 13 Agustus 2019 | 12:00 WIB
Ilustrasi gempa. (pixabay/Tumisu)

Ilustrasi gempa. (pixabay/Tumisu)

Hitekno.com - Sebanyak delapan gempa terlah terjadi di Busur Subduksi Sunda di dua pekan pertama bulan Agustus. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagai fenomena yang menarik untuk dicermati dan memantik pertanya akan peluang terjadinya gempa besar. 

"Rentetan gempa ini sangat menarik dicermati. Seluruh gempa berpusat di Zona Subduksi," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin (12/8/2019).

Ia melanjutkan bahwa delapan gempa di zona subduksi itu bervariasi dari segi kedalaman hiposenternya. Ada gempa yang berpusat sangat dangkal, di zona subduksi muka (front subductioan) - tempat dua lempeng Bumi bertemu.

Baca Juga: Gempa 5,1 SR Guncang Bantul dan Yogyakarta, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tetapi ada juga yang berada di kedalaman menengah di zona transisi antara zona Megathrust dan Benioff (bagian dari satu lempeng Bumi yang melesak ke dalam lempeng yang lain dan berbentuk curam).

Lokasi gempa Banten yang berkekuatan 7,4 skala Richter pada Jumat malam (2/8/2019). [Twitter/BMKG]
Lokasi gempa Banten yang berkekuatan 7,4 skala Richter pada Jumat malam (2/8/2019). [Twitter/BMKG]

Sejak 2 Agustus hingga Senin (12/8/2019) delapan gempa telah terjadi di Busur Subduksi Sunda yang membentang dari Segmen Megathrust Mentawai-Siberut di Sumatera hingga Segmen Megathrust Sumba di Nusa Tenggara Timur.

Berikut adalah urutan gempanya:

Baca Juga: Pesan Mama saat Gempa Ini Bikin Salfok, Netizen: Santuy Mendarah Daging

1. 2 Agustus 2019 Gempa Selatan Banten M 6,9
2. 3 Agustus 2019 Gempa Sukabumi M 4,4
3. 9 Agustus 2019 Gempa Sumba M 4,3
4. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 4,0
5. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 5,1
6. 11 Agustus 2019 Gempa Pariaman M 5,2
7. 11 Agustus 2019 Gempa Selatan Selat Sunda M 5,1.
8. 12 Agustus 2019 Gempa Selatan Bali dan Banyuwangi M 4,9

3 Zona Mencolok

Daryono mengatakan rentetan gempa di dua pekan Agustus dan lokasinya telah dimonitor oleh BMKG dan memang ditemukan ada tiga klaster yang mencolok dalam hal peningkatan aktivitas seismik: zona selatan Bali dan Banyuwangi, Zona Cilacap dan Pangandaran, dan Selat Sunda.

Baca Juga: Heboh Facebook Eyang Ibung Bisa Prediksi Gempa, BNPB: Jangan Percaya

Titik pusat gempa Bantul, Yogyakarta pada Sabtu malam (10/8/2019). [Twitter/BMKG]
Titik pusat gempa Bantul, Yogyakarta pada Sabtu malam (10/8/2019). [Twitter/BMKG]

Jika mencermati peristiwa gempa besar di seluruh dunia, beber Daryono, memang dapat diamati gempa pendahuluannya. Fakta ini dapat dilihat sebelum peristiwa gempa Aceh 2004, Gempa Tohuku di Jepang 2011, dan Gempa Chile 2014.

"Semua gempa besar tersebut didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan," kata Daryono.

Dari beberapa hasil kajian, ada beberapa karakteristik aktivitas gempa pendahuluan yang dapat diidentifikasi, yaitu, gempa pendahuluan biasanya terjadi di zona dengan nilai B-value rendah - artinya zona itu masih menyimpan tegangan yang tinggi, yang berpotensi terjadi gempa besar.

Baca Juga: Bukti Orang Indonesia Santuy Abis, Gadis Ini Tetap Asik Makan Walau Gempa

Karakteristik lainnya, di zona tersebut ada fenomena migrasi percepatan titik hiposenter yang semakin cepat menuju titik inisiasi lokasi estimasi gempa utama. Selain itu juga teridentifikasi adanya repeating earthquakes atau gempa yang berulang.

"Cirinya gempa ini berulang-ulang dan terjadi di segmen tersebut. Secara sederhananya, ini menunjukkan ada sebuah proses yang semakin lama semakin intensif sebelum muncul gempa utamanya (mainshock). Aktivitas ini mirip kalau kita mau mematahkan kayu, perlahan-lahan ada retakan-retakan kecil sebelum benar-benar terpatahkan," jelas Daryono.

Titik pusat gempa Jembrana, Bali pada Senin (12/8/2019). [Twitter/BMKG]
Titik pusat gempa Jembrana, Bali pada Senin (12/8/2019). [Twitter/BMKG]

Namun, Daryono mengingatkan, rentetan gempa yang terjadi sepanjang Agustus belum dapat disimpulkan sebagai tanda-tanda seismisitas mengarah ke gempa pendahuluan. Alasannya karena data aktivitas gempa yang terjadi belum cukup untuk menarik kesimpulan.

"Satu hal yang penting diingat bahwa tidak semua klaster aktif akan berujung kepada terjadinya gempa besar, meskipun setiap gempa besar selalu di dahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan," ujar Daryono.

BMKG akan terus memonitor aktivitas seismik yang terjadi khususnya di tiga zona duga aktif tersebut dan hasilnya akan segera diinformasikan kepada masyarakat. (Suara.com/Liberty Jemadu)

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB