Gunung Rinjani Bertopi Putih Gemparkan Netizen, Ini Penjelasan BMKG

Tak hanya netizen, Fahira Idris turut mengomentari fenomena unik Gunung Rinjani ini.

Agung Pratnyawan | Husna Rahmayunita
Jum'at, 19 Juli 2019 | 08:00 WIB
Fenomena Gunung Rinjani bertopi putih. (Twitter/@suyadelalu)

Fenomena Gunung Rinjani bertopi putih. (Twitter/@suyadelalu)

Hitekno.com - Netizen dibuat heboh dengan beredarnya foto Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam foto yang viral, nampak gunung ini bertopi putih.

Beda dari pada sebelumnya, fenomena unik itu langsung menyedot perhatian netizen. Foto tentang fenomena unik tersebut dibagikan oleh akun Twitter @suryadelalu pada Kamis (17/7/2019).

Dari dua foto yang dibagikan, tampak pucak Gunung Rinjani yang merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia diselimuti oleh kabut warna putih. Kabut itu membentang secara sempurna mengikuti struktur gunung.

Baca Juga: Gunung Raikoke Erupsi, Pemandangan Spektakuler Tercipta dari Luar Angkasa

Pantas saja kalau banyak orang yang menyebut kabut putih itu seperti topi atau surban. Seperti halnya dengan caption yang dituliskan oleh @suryadelalu dalam unggahannya.

"Rinjani bersurban putih," cuitnya.

Fenomena Gunung Rinjani bertopi putih. (Twitter/@suyadelalu)
Fenomena Gunung Rinjani bertopi putih. (Twitter/@suyadelalu)

Seketika foto itu langsung dibanjiri komentar dari netizen, tak terkecuali anggota DPD RI Fahira Idris. Wanita berusia 51 tahun itu memuji kecantikan Gunung Rinjani tersebut.

Baca Juga: Macet di Pendakian Gunung Everest, Dua Pendaki Meninggal Dunia

"Beautiful," tulis @fahiraidris.

Fahira Idris turut komentari fenomena Gunung Rinjani bertopi putih. (Twitter/@suyadelalu)
Fahira Idris turut komentari fenomena Gunung Rinjani bertopi putih. (Twitter/@suyadelalu)

Seketika komentar tersebut mendapat balasan dari netizen @LindoTaehyung1 yang kemudian mengenang kisah Nabi Muhammad SAW.

"Jadi ingat Rasulullah Muhammad SAW saat masih kecil yang dinaungi awan saat ikut berdagang ke Syam bersama dengan pamannya Abu Thalib dan kemudian bertemu dengan pendeta Buhaira," sahutnya.

Baca Juga: Ngeri, Ini Deretan Jasad Abadi yang Ada di Gunung Everest

Penjelasan BMKG

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram Agus Rianto menyatakan fenomena Gunung Rinjani bertopi tersebut tak ada sangkut pautnya dengan gempa yang kerap melanda NTB.

"Itu fenomena alam dari awan lenticular," ujarnya, Rabu (17/7/2019).

Baca Juga: Es Gunung Everest Mencair, Jasad Pendaki yang Hilang Bermunculan

Ia menegaskan, fenomena alam lenticular tidak terkait atau tidak berkaitan dengan terjadinya gempa bumi.

"Tidak ada kaitannya, itu hanya rumor, awan caping itu berbahaya bagi penerbangan, bukan tanda-tanda terjadinya gempa," tegas Agus.

Untuk diketahui, bentuk awan seperti topi atau caping atau piring raksasa dan awan yang melingkari puncak gunung, disebut Awan Lenticular.

Awan tersebut, biasanya berbentuk piring raksasa dan biasa ditemukan di dekat bukit atau gunung-gunung, karena awan tersebut terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak dinding penghalang besar, seperti pegunungan dan perbukitan, sehingga menimbulkan sebuah pusaran.

Menariknya, awan Lenticular kelihatan begitu padat, namun hakikatnya tidak demikian. Awan ini terlihat padat karena aliran udara lembab terus menerus mengaliri sang awan dan akan keluar lewat permukaan paling bawah.

Karenanya, bentuk awan Lenticular akan bertahan hingga berjam-jam, bahkan berhari-hari.

Sementara itu, awan Lenticular bagi dunia penerbangan menjadi momok karena sangat mematikan, lantaran awan tersebut bisa menyebabkan turbulensi bagi pesawat yang nekat memasuki awan atau hanya terbang di dekat awan Lenticular.

Warga Sembalun, Rosyidin yang dihubungi Antara dari Mataram, mengatakan fenomena Gunung Rinjani "bertopi" ini muncul sekitar pukul 07.00 WITA atau saat Matahari terbit dan berakhir pada pukul 09.30 WITA.

"Munculnya itu pas Matahari terbit," ujarnya.

Rosyidin menjelaskan, fenomena puncak Gunung Rinjani "bertopi" sebetulnya sudah sering kali terjadi.

Hanya, awan yang melingkar di atas puncak Rinjani itu tidak sebundar dan sebesar seperti yang terjadi pada saat ini.

"Masyarakat sudah biasa melihat ada lingkaran awan di atas puncak Rinjani. Tapi memang yang sekarang tidak sebundar dan sebesar yang sekarang," terang Rosyidin.

Ia mengatakan, meski bukan kejadian pertama kali, banyak warga yang kemudian mengaitkan fenomena awan bertopi di atas puncak Rinjani dengan kejadian gempa yang terjadi akhir-akhir ini di daerah itu, termasuk mengaitkan dengan fenomena Gerhana Bulan yang terlihat pada Rabu dini hari sekitar pukul 04.00 Wita di wilayah itu.

Namun bagi warga sekitar Sembalun, kata Rosidin, fenomena puncak Rinjani bertopi pertanda ada orang yang meninggal. Dalam artian, orang yang meninggal bukan orang sembarangan atau masyarakat kecil melainkan pejabat atau tokoh-tokoh penting.

"Ada yang bilang ini karena gempa, Gerhana Bulan semalam. Tapi buat warga Sembalun ini pertanda orang meninggal. Tapi kalau di kaitkan gempa kami tidak percaya, karena ini kejadian lumrah setiap musim kemarau pasti awan seperti ini terjadi, cuman ini mungkin karena lingkarannya lebih besar," ungkapnya.

Itulah penjelasan BMKG mengenai fenomena unik Gunung Rinjani bertopi putih yang gemparkan netizen. (Suara.com).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak