Jet Tempur F-35 Jatuh di Pasifik, China Berpeluang Mencuri Teknologinya

Jet tempur F-35 akan menjadi harta karun berharga jika ditemukan oleh Rusia dan China.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Kamis, 11 April 2019 | 08:15 WIB
F-35 Lightning II, salah satu varian F-35. (Wikipedia/ USAF)

F-35 Lightning II, salah satu varian F-35. (Wikipedia/ USAF)

Hitekno.com - Militer Jepang melaporkan pada hari Selasa (09/10/2019) bahwa mereka baru saja kehilangan jet tempur F-35 di wilayah Pasifik. Amerika Serikat bisa berada dalam masalah besar apabila Rusia atau China menemukannya terlebih dahulu.

Jet tempur atau pesawat jet siluman F-35 memiliki teknologi tinggi yang di dalamnya terkandung rahasia kekuatan Amerika Serikat.

Militer Jepang mengatakan bahwa F-35 jatuh sekitar 130 kilometer dari pantai timur prefektur Aomori, Jepang di Pasifik.

Baca Juga: Makin Menyeramkan, Militer AS Tanam Teknologi AI ke Jet Tempur

Para ahli dan pengamat militer berani bertaruh bahwa Rusia dan China akan melakukan apa saja untuk melihatnya terlebih dahulu.

Rusia dan China mungkin tidak dapat merekonstruksi F-35 dengan sempurna, namun apabila salah satu teknologinya ditemukan kedua negara tersebut, akan menjadi pukulan telak bagi AS.

Seorang purnawirawan tentara AS, Letnan Jenderal Angkatan Udara AS David Deptula menjelaskan situasi kini berubah menjadi tidak baik.

Baca Juga: Tentara AS Tanamkan Teknologi AI di Robot Pembunuh, Menimbulkan Kontroversi

''Intinya bahwa itu tidak baik bagi masa depan kekuatan udara AS jika Jepang atau AS tidak cepat menemukan jet itu,'' kata Deptula dalam keterangannya.

Ilustrasi pesawat jet F-35. (Wikipedia/ United States Navy)
Ilustrasi pesawat jet F-35. (Wikipedia/ United States Navy)

Seorang pengamat militer internasional, Tom Moore juga mengatakan hal yang hampir sama mengenai kondisi militer AS saat ini berkaitan dengan hilangnya F-35.

''Tidak ada harga yang terlalu tinggi di dunia ini bagi China dan Rusia untuk membayar pesawat F-35 Jepang yang hilang, jika merasa bisa. Itu akan menjadi masalah besar,'' kata Tom Moore dalam cuitannya di Twitter.

Baca Juga: Tentara AS Mengembangkan Paus Besi, Revolusi Perang Laut Dimulai

Kecelakaan jet tempur F-35 merupakan kesempatan pertama bagi China dan Rusia untuk menemukan dan mencuri teknologi yang ada di dalam jet tempur siluman itu.

Jet tempur F-35 pernah jatuh sekali sebelumnya, namun itu berada di wilayah AS.

Pengamat militer dalam menyikapi pesawat F35 yang hilang. (Twitter/ PaperMissiles)
Pengamat militer dalam menyikapi pesawat F35 yang hilang. (Twitter/ PaperMissiles)

Karena sekarang jatuh di wilayah Pasifik yang notabene juga dekat dengan Rusia dan China, keberadaan jet tempur akan acak dan bisa jatuh dimana saja.

Baca Juga: Microsoft Siapkan 100 Ribu HoloLens bagi Tentara AS, Untuk Apa?

Ketika ditemukan, hanya mengukur karakteristik badan pesawat jet tidak akan membuat Rusia membuat merekonstruksi badan pesawat F-35 mereka sendiri.

Namun ada beberapa teknologi yang rawan dicuri, itu seperti jaringan dan fusi sensor yang ada di pesawat.

Justin Bronk, pakar penerbangan jet tempur di Royal United Services Institute mengatakan bahwa lapisan bahan yang membuatnya menjadi jet siluman akan menjadi harta karun bagi Rusia dan China.

Jet tempur F-35 dan deretan misil yang dapat dibawanya. (Wikipedia/ USGov)
Jet tempur F-35 dan deretan misil yang dapat dibawanya. (Wikipedia/ USGov)

''Sampel atau lapisan siluman 'fibre mat' akan menjadi sesuatu yang mereka cari pertama kali. Perangkat lunak sulit direkonstruksi karena kemungkinan telah rusak oleh air asin di Pasifik,'' kata Bronk dikutip dari Business Insider.

Pakar militer lain juga menjelaskan bahwa China merupakan ahlinya dalam mereplika ulang sesuatu, termasuk jet tempur.

Apabila Amerika Serikat dan Jepang tidak segera menemukan jet tempur F-35, masa depan militer mereka akan dipertaruhkan dalam beberapa dekade mendatang.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak