llustrasi cacing di tubuh manusia (ChatGPT)
Hitekno.com - Kisah tragis seorang balita bernama Raya (3) asal Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, yang meninggal dunia dengan tubuh dipenuhi cacing, telah menyentak nurani publik.
Kematian Raya pada 22 Juli 2025 tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya, tetapi juga mengungkap sejumlah fakta miris tentang kemiskinan, kondisi lingkungan, dan respons sistem kesehatan yang terlambat.
Berikut adalah rangkuman fakta-fakta kunci di balik peristiwa memilukan yang menimpa Raya, berdasarkan keterangan dari pihak rumah sakit, keluarga, dan relawan.
1. Masuk Rumah Sakit dalam Kondisi Kritis
Raya dilarikan ke IGD RSUD Syamsudin, Kota Sukabumi, pada 13 Juli 2025, dalam kondisi sudah tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya.
Menurut keterangan dokter, gejala awal yang dilaporkan keluarga hanya demam, batuk, dan pilek.
Tim medis pada awalnya mendiagnosis Raya mengalami syok atau kekurangan cairan yang sangat berat.
2. Cacing Hidup Keluar dari Hidung
Penyebab pasti penurunan kesadaran Raya baru terungkap melalui sebuah insiden mengejutkan di ruang IGD.
"Saat di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing," ungkap dr. Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Oppo Find N5 Layak Disebut HP Lipat Terbaik 2025!
Video yang kemudian viral di media sosial, diunggah oleh lembaga sosial Rumah Teduh, memperlihatkan momen mengerikan saat cacing gelang sepanjang sekitar 15 cm ditarik hidup-hidup dari hidung Raya. Cacing-cacing tersebut juga keluar dari mulut hingga anusnya.
3. Terinfeksi Cacing Gelang (Askariasis) Stadium Lanjut
Setelah pemeriksaan intensif di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit), Raya dipastikan menderita Askariasis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides).
Infeksi ini terjadi ketika telur cacing yang mikroskopis tertelan melalui makanan, minuman, atau tangan yang kotor.
Menurut dokter, kasus pada Raya sudah sangat parah dan terlambat ditangani. Larva cacing yang menetas di usus telah menyebar melalui aliran darah ke organ-organ vital seperti paru-paru dan otak, yang menjadi penyebab Raya tidak sadarkan diri.
4. Lebih dari 1 Kg Cacing Dikeluarkan dari Tubuh
Tingkat keparahan infeksi pada Raya digambarkan dengan jumlah cacing yang sangat banyak.
"Sudah lebih dari 1 Kg cacing dikeluarkan dari badannya, tapi tidak juga habis-habis," demikian kutipan dalam video yang diunggah Rumah Teduh.
Dokter menyebutkan bahwa cacing-cacing tersebut sudah berukuran besar dan menggumpal, yang dapat menyebabkan penyumbatan usus dan komplikasi berbahaya lainnya.
5. Faktor Lingkungan dan Kondisi Keluarga yang Rentan
Raya hidup dalam kondisi yang sangat berisiko. Ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya, tempat ia sering bermain tanpa alas kaki.
Lingkungan seperti ini, terutama jika sanitasinya buruk, menjadi habitat ideal bagi cacing gelang yang telurnya hidup di tanah.
Kondisi keluarga Raya juga memperburuk situasi. Ibunya disebut mengalami gangguan jiwa, sementara ayahnya menderita tuberkulosis (TBC).
Akibatnya, Raya lebih banyak diasuh oleh neneknya dengan pengawasan yang terbatas.
Dokter juga menduga adanya komplikasi tuberkulosis meningitis pada Raya, yang kemungkinan kombinasi dengan infeksi cacing menjadi penyebab fatal.
6. Sorotan pada Sistem Kesehatan dan Administrasi
Kasus Raya menjadi "tamparan keras" bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, seperti yang diakui oleh pejabat setempat.
Salah satu kendala utama dalam penanganan Raya adalah ia tidak memiliki identitas kependudukan seperti NIK, sehingga biaya perawatannya tidak bisa ditanggung oleh pemerintah daerah.
Pada akhirnya, seluruh biaya perawatan yang mencapai Rp 23 juta ditanggung oleh lembaga sosial Rumah Teduh & Peaceful Land setelah mendapat potongan dari pihak rumah sakit.
Insiden ini memicu kritik luas terhadap sistem layanan kesehatan dan administrasi kependudukan yang dinilai gagal melindungi warganya yang paling rentan.
Tragedi Raya menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa cacingan, penyakit yang sering dianggap sepele, dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan serius, terutama pada anak-anak yang hidup dalam kondisi sanitasi buruk dan kekurangan gizi.