Dalam Lalat Berusia 47 Juta Tahun, Ditemukan Kandungan Penting Ini

Banyak temuan mengejutkan dari fosil lalat ini.

Agung Pratnyawan
Selasa, 16 Maret 2021 | 06:00 WIB
Ilustrasi lalat. (Pixabay)

Ilustrasi lalat. (Pixabay)

Hitekno.com - Para ilmuwan tengah menyelidiki fosil lalat berusia 47 juta tahun yang tidak disangka-sangka ditemukan kandungan penting untuk penelitian.

Dalam fosil lalat yang ditemukan di situs Messel Pit, Jerman ini ternyata masih menyimpan makanan di dalam perutnya.

Perut hewan yang telah membatu tersebut tampak buncit dan penuh dengan serbuk sari.

Baca Juga: Disangka Reptil Raksasa, Ternyata Fosil Ikan Besar dari Zaman Dinosaurus

Penemuan ini merupakan bukti langsung pertama bahwa beberapa spesies lalat purba pernah memakan mikrospora dari spesies tumbuhan subtropis berbeda.

"Kandungan serbuk sari yang ditemukan di perut lalat menunjukkan bahwa lalat baru saja makan dan mengangkut serbuk sari 47 juta tahun lalu," kata Fridgeir Grímsson, ahli botani dari University of Vienna.

Ini menunjukkan bahwa hal itu memainkan peran penting dalam penyebaran serbuk sari dari beberapa taksa tumbuhan.

Baca Juga: Tertua di Dunia, Ilmuwan Temukan Fosil Jamur Berusia 635 Juta Tahun

Saat ini, hewan penyerbuk umumnya identik dengan burung, lebah, dan kupu-kupu.

Fosil lalat 47 tahun yang masih menyimpan makanan. [Current Biology]
Fosil lalat 47 tahun yang masih menyimpan makanan. [Current Biology]

Sangat sedikit yang mengaitkannya pada lalat, meskipun secara umum dianggap sebagai seranggap penyerbuk terpenting kedua.

Fosil baru ini mewakili spesies baru lalat belalai pendek purba (Hirmoneura messelense) yang tampaknya cukup menyukai serbuk sari.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Nenek Moyang Bintang Laut Berusia 480 Juta Tahun

Para ahli berpendapat bahwa serangga penyerbuk ini mungkin pernah mengalahkan lebah.

Serbuk sari yang ditemukan di perut lalat juga sangat terawetkan sehingga memberikan informasi tentang tamanan yang dimakannya.

Analisis mikroskop menunjukkan bahwa terdapat jejak serbuk sari dari setidaknya empat famili tumbuhan, termasuk pohon willow air dan tumbuhan ivy, yang mungkin tumbuh di sekitar tepi hutan sebuah danau purba.

Baca Juga: Ditemukan Fosil Hiu Langka Terbesar, Giginya Jadi Sorotan Ilmuwan

Para peneliti juga menemukan rambut panjang yang dikenal sebagai satae di dada atau perut lalat.

Meskipun tidak ada serbuk sari yang ditemukan pada rambut, namun kegunaan rambut panjang pada tubuh lalat juga bisa membawa serbuk sari ketika lalat terbang dari satu bunga ke bunga lainnya.

Fosil lalat 47 tahun yag masih menyimpan makanan. [Current Biology]
Fosil lalat 47 tahun yag masih menyimpan makanan. [Current Biology]

Sementara itu, tiga jenis serbuk sari yang tidak diketahui di dalam perut lalat juga menunjukkan bahwa lalat tersebut memakan campuran tanaman induk yang tumbuh berdekatan.

"Tampaknya lalat menghindari penerbangan jarak jauh antara sumber makanan dan mencari serbuk sari dari tanaman yang terkait erat," jelas Grimsson, dikutip dari Science Alert, Senin (15/3/2021).

Penemuan baru yang dipublikasikan di Current Biology ini mendukung hipotesis lama bahwa pada beberapa lingkungan tropis modern, lalat yang mengunjungi bunga mungkin sama pentingnya dengan beberapa lebah penyerbuk.

Temuan serbuk sari di dalam perut lalat purba juga menunjukkan bahwa ini bisa menjadi peran penting bagi serangga tersebut sejak periode Jurassic.

Itulah temuan fosil lalat berusia 47 juta tahun yang ternyata masih menyimpan makanan di dalam perutnya. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak