Polusi Berkurang, Pegunungan Himalaya Terlihat di India Setelah 30 Tahun

Dilaporkan NASA dan badan internasional lainnya, yang menyebut polusi secara signifikan menurun.

Dinar Surya Oktarini
Jum'at, 10 April 2020 | 16:00 WIB
Penampakan pegunungan Himalaya di India. (Twitter)

Penampakan pegunungan Himalaya di India. (Twitter)

Hitekno.com - Karantina wilayah di berbagai negara membuat tingkat polusi juga ikut menurun, NASA dan badan internasional lainnya mengatakan polusi secara signifikan menurun dengan dibatasinya aktivitas di luar rumah.

Salah satunya seperti yang terjadi di India. Penduduk setempat di Distrik Jalandhar di Punjab, India Utara, melihat penampakan Pegunungan Himalaya yang terletak sekitar 125 mil. Beberapa masyarakat membagikan foto penampakan itu di media sosial Twitter.

"Belum pernah melihat rentang Dhauladar dari atap rumah saya di Jalandhar.. tidak pernah bisa membayangkan ini mungkin terjadi.. indikasi yang jelas tentang dampak pencemaran yang telah kita lakukan terhadap Bumi. Ini adalah penampakannya," cuit Harbhajan Singh, seorang pemain kriket India lewat akun @harbhajan_singh pada 3 April.

Baca Juga: Janggal, Layanan GoRide Hilang dari Aplikasi Gojek, Ikut PSBB DKI?

Harbhajan Singh menunjukkan bahwa kualitas udara secara tidak langsung telah membaik dan itulah alasan mereka dapat melihat Himalaya yang tidak pernah terlihat sebelumnya akibat polusi.

Penampakan Himalaya setelah lockdown. [Twitter]
Penampakan Himalaya setelah lockdown. [Twitter]

Pengguna Twitter lainnya bahkan mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya mereka dapat melihat dengan jelas Himalaya setelah hampir 30 tahun.

"Ini adalah pemandangan dari atap rumah kami di Punjab India. Untuk pertama kalinya dalam hampir 30 tahun, kami dapat dengan jelas melihat Himalaya karena polusi udara yang menurun di India. Luar biasa," tulis pemilik akun @KangManjit pada 4 April.

Baca Juga: HP Kemasukan Air? Netizen Ini Bagikan Cara Jitu Keluarkan Air dari Speaker

Dilansir laman Bored Panda, Jumat (10/4/2020), India diketahui telah memberlakukan lockdown 21 hari untuk memperlambat dan menghentikan penyebaran virus Corona. Dengan semakin sedikitnya jumlah orang yang berada di luar rumah, tingkat polusi udara di beberapa wilayah negara ini telah menurun dan kabut asap semakin berkurang.

Penampakan Himalaya setelah lockdown. [Twitter/@harbhajan_singh]
Penampakan Himalaya setelah lockdown. [Twitter/@harbhajan_singh]

"Untuk menyelamatkan India, untuk menyelamatkan setiap warganya, Anda, keluarga Anda, setiap jalan, setiap lingkungan diberlakukan lockdown," ucap Narendra Modi, Perdana Menteri India dalam pidatonya setelah pemberlakuan lockdown nasional pada 24 Maret.

Dewan Kontrol Polusi Pusat India telah mengkonfirmasi bahwa berkat lockdown akibat virus Corona, kualitas udara di India telah meningkat. Menurut India Today Intelligence Unity, mencatat peningkatan kualitas udara sebesar 33 persen antara 16 dan 27 Maret.

Baca Juga: Kailash, Gunung Suci Penuh Misteri dan Tak Boleh Didaki di Himalaya

India sendiri memiliki populasi lebih dari 1,3 miliar jiwa dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,5 juta jiwa dari populasi penduduknya meninggal akibat polusi udara pada tahun 2012. Ini terjadi karena India telah melebihi batas aman kualitas udara yang ditetapkan oleh WHO sebanyak lima kali.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak