Penampakan Polusi Udara di Eropa, Sesudah dan Sebelum Pandemi Virus Corona

Gambar satelit menunjukkan adanya perbedaan besar polusi udara beberapa kota di Eropa sebelum dan sesudah pandemi virus corona (COVID-19).

Agung Pratnyawan
Senin, 30 Maret 2020 | 15:00 WIB
Bendera Uni Eropa. (Pixabay)

Bendera Uni Eropa. (Pixabay)

Hitekno.com - Gambar tangkapan satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) menunjukkan bagaimana penurunan tingkat polusi udara di benau tersebut. Penurunan ini sebagai dampak pandemi virus corona COVID-19.

Dari gambar tersebut, menampilkan penurunan dalam jumlah besar tingkat polusi udara di beberapa kota Eropa. 

Seperti diketahui, Eropa juga cukup serius terdampak pandemi virus corona COVID-19. Bahkan sejumlah negara melakukan lockdown secara ketat.

Baca Juga: Putuskan Lockdown Karena Virus Corona, Udara Italia Diklaim Bebas Polusi

Data baru yang ditangkap oleh satelit ESA Copernicus Sentinel-5P, menunjukkan penurunan kuat konsentrasi nitrogen dioksida di atas kota-kota besar Eropa.

Perubahan jumlah NO2 di atmosfer sangat mencolok di Paris, Milan dan Madrid, menurut ESA dilansir laman Dailymail, Senin (30/3/2020).

Seperti diketahui, virus corona telah menyebar di seluruh dunia dan untuk memerangi penyebaran ini beberapa negara mengunci diri (lockdown).

Baca Juga: Ilmuwan Teliti Ulat Pemakan Plastik, Diharapkan Dapat Atasi Polusi Dunia

Copernicus telah memetakan tingkat polusi udara di seluruh Eropa sejak wabah COVID-19 dan menemukan 'penurunan signifikan' bertepatan dengan penerapan lockdown.

Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]
Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]

Gambar-gambar menunjukkan perbedaan dramatis dalam tingkat NO2 di semua kota di Eropa, terutama di Spanyol, Prancis dan Italia bertepatan dengan langkah-langkah lockdown.

Ini cocok dengan angka serupa dari London Air Quality Network yang menunjukkan penurunan tajam dalam tingkat polusi udara di atas ibu kota Inggris.

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Satelit NASA ungkap Polusi Udara China Menurun Drastis

Hal ini disebabkan oleh penurunan tingkat lalu lintas di jalan-jalan kota di seluruh Eropa.

Pembuat GPS TomTom mengatakan, persentase jalan macet lalu lintas di London turun dari 71 persen, dibandingkan pada 2019 menjadi 15 persen.

Para ilmuwan dari Lembaga Meteorologi Kerajaan Belanda (KNMI) telah menggunakan data dari satelit Copernicus Sentinel-5P untuk memantau cuaca dan polusi di Eropa.

Baca Juga: 3 Tanaman Ini Bisa Jadi Solusi Masalah Polusi Udara di Jakarta

Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]
Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]

Gambar satelit menunjukkan konsentrasi nitrogen dioksida dari 14 hingga 25 Maret 2020, dibandingkan dengan rata-rata konsentrasi bulanan dari 2019.

Henk Eskes, dari KNMI, menjelaskan mengapa tanggal ini dipilih, karena konsentrasi nitrogen dioksida bervariasi dari hari ke hari karena perubahan cuaca. Kesimpulan tidak dapat ditarik berdasarkan hanya satu hari data saja.

"Dengan menggabungkan data untuk periode waktu tertentu, 10 hari dalam kasus ini, variabilitas meteorologis sebagian keluar rata-rata dan kami mulai melihat dampak perubahan akibat aktivitas manusia," kata Eskes.

Kimia di atmosfer tidak linear. Oleh karena itu, persentase penurunan konsentrasi mungkin agak berbeda dari penurunan emisi.

Model kimia atmosfer, yang memperhitungkan perubahan cuaca harian, dalam kombinasi dengan teknik pemodelan terbalik diperlukan untuk mengukur emisi berdasarkan pengamatan satelit.

Gambar dan data terbaru berfokus pada Italia, Spanyol, dan Prancis tetapi mereka sedang mempelajari data untuk bagian Eropa utara termasuk Inggris dan Belanda.

"Pengukuran baru dari minggu ini akan membantu menilai perubahan nitrogen dioksida di Eropa barat laut," kata ESA.

Badan antariksa multi-nasional itu mengkonfirmasi bahwa tingkat polutan di London secara signifikan lebih rendah daripada Maret 2019.

Data Badan Lingkungan Eropa (EEA) menunjukkan bahwa konsentrasi pencemar udara di Roma dan Milan telah turun hingga 50 persen, sementara badan pengawas kualitas udara Paris mencatat penurunan polusi hingga 30 persen.

Tim KNMI, bekerja sama dengan para ilmuwan di seluruh dunia, telah mulai bekerja pada analisis yang lebih rinci menggunakan data tanah, data cuaca dan pemodelan terbalik untuk menafsirkan konsentrasi yang diamati.

Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]
Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]

Mereka menggunakan data ini untuk memperkirakan pengaruh tindakan penutupan.

"Untuk perkiraan kuantitatif dari perubahan emisi karena transportasi dan industri, kita perlu menggabungkan data Tropomi dari satelit Copernicus Sentinel-5P dengan model kimia atmosfer. Studi-studi ini telah dimulai, tetapi akan membutuhkan waktu untuk diselesaikan," kata Henk.

Ketika kehidupan sehari-hari terhenti di Inggris karena pergerakan terbatas untuk mengendalikan penyebaran COVID-19, kualitas udara telah meningkat karena pengurangan tajam dalam lalu lintas.

Tanda-tanda awal yang menjanjikan ini menunjukkan polusi udara bisa jatuh di kota-kota Inggris sementara pandemi virus corona berlanjut.

"Kualitas udara telah mulai membaik di banyak kota di Inggris, mencerminkan apa yang telah dilihat di negara-negara lain yang membatasi perjalanan dan tingkat aktivitas di luar ruangan," kata Profesor Alastair Lewis, dari Pusat Nasional untuk Atmosfer Sains, Universitas York.

Ini merupakan konsekuensi dari volume lalu lintas yang lebih rendah, dan beberapa pengurangan yang paling jelas adalah nitrogen dioksida, yang terutama berasal dari knalpot kendaraan. Namun partikel halus (PM2.5) juga berkurang secara signifikan.

"Di London misalnya, PM2.5 jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan untuk tahun ini di pinggir jalan, dan pengurangan ini juga merambah ke pinggiran kota," ujar Lewis.

Polusi udara terkait dengan masalah kesehatan termasuk stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru dan penyakit, dan penyakit pernapasan dan infeksi, serta menghambat pertumbuhan paru-paru anak-anak.

Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]
Polusi udara beberapa kota di Eropa. [Dailymail/ESA]

Berikut perubahan tingkat polusi udara beberapa kota di Eropa pascawabah virus corona:

Milan, Italia

Konsentrasi rata-rata NO2 selama empat minggu terakhir telah setidaknya 24% lebih rendah dari empat minggu sebelumnya tahun ini. Konsentrasi rata-rata selama minggu 16-22 Maret adalah 21% lebih rendah daripada untuk minggu yang sama di 2019.

Bergamo, Italia

Di sini, telah terjadi penurunan konstan pada polusi NO2 selama empat minggu terakhir. Konsentrasi rata-rata selama minggu 16-22 Maret adalah 47% lebih rendah daripada untuk minggu yang sama di 2019.

Roma, Italia

Konsentrasi NO2 rata-rata selama empat minggu terakhir adalah 26-35% lebih rendah daripada untuk minggu yang sama di 2019.

Barcelona, Spanyol

Level NO2 rata-rata turun 40% dari satu minggu ke minggu berikutnya. Dibandingkan dengan minggu yang sama di 2019, pengurangannya adalah 55%.

Madrid, Spanyol

Level NO2 rata-rata turun 56% dari satu minggu ke minggu berikutnya. Dibandingkan dengan minggu yang sama di 2019, pengurangan itu 41%.

Lisbon, Portugal

Level NO2 rata-rata turun 40% dari satu minggu ke minggu berikutnya. Dibandingkan dengan minggu yang sama di 2019, pengurangannya adalah 51%.

Itulah data dan gambar dari satelit ESA yang menunjukkan penurunan tingkat polusi udara di sejumlah kota besar Eropa sejak pandemi virus corona COVID-19. (Suara.com/ Dythia Novianty).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak