Duh! Ilmuwan Prediksi Habitat Terumbu Karang akan Punah Pada 2100

Suhu di Bumi semakin meningkat, membuat ribuan spesies berjuang untuk beradaptasi.

Dinar Surya Oktarini
Selasa, 25 Februari 2020 | 08:30 WIB
Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/marcelokato)

Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/marcelokato)

Hitekno.com - Peningkatan suhu di Bumi membuat ribuan spesies berjuang untuk beradaptasi. Salah  satu kelompok spesies yang sudah merasakan hawa panas dan diprediksi habitatnya akan semakin menurun tajam di tahun-tahun mendatang adalah terumbu karang.

Sebuah penelitian baru yang dipresentasikan pada Pertemuan Ilmu Kelautan 2020 memperkirakan bahwa habitat terumbu karang mungkin akan punah pada 2100.

Penyebab utamanya adalah meningkatnya suhu air laut dan pengasaman laut. Keduanya merupakan hasil dari perubahan iklim yang disebabkan manusia. Tim ahli percaya bahwa dalam dua dekade mendatang, sebanyak 70 hingga 80 persen terumbu karang di dunia akan menghilang.

Baca Juga: Beri Pengalaman Realistis, Microsoft Garap Game Flight Simulator Terbaru

Terumbu karang merupakan makhluk laut yang termasuk dalam filum serupa dengan anemon dan ubur-ubur. Beberapa karang menghasilkan kalsium karbonat, membentuk kerangka luar yang keras dan protektif untuk hidup.

Sejumlah besar polip karang identik dapat ditemukan bersama dan sebagian besar spesies membentuk hubungan simbiosis dengan ganggang yang memberi mereka nutrisi penting.

Terumbu karang menyediakan makanan dan rumah bagi beragam kehidupan. Tanpanya, akan banyak spesies penghuni karang juga bisa menghilang.

Baca Juga: Gunakan Foto Nyeleneh Saat Daftar Kuliah, Calon Maba Ini Bikin Ngakak

Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/visavietnam)
Ilustrasi terumbu karang. (Pixabay/visavietnam)

Tim ilmuwan di balik penelitian baru ini ingin menentukan di mana proyek restorasi atau pemulihan terumbu karang dapat dengan tingkat keberhasilan paling tinggi.

Restorasi akan dilakukan dengan menumbuhkan karang di laboratorium dan kemudian memindahkannya ke laut di mana karang tersebut dapat tumbuh dan berkembang.

Ilmuwan mengatakan bahwa menambahkan karang muda baru ke terumbu yang sedang berjuang untuk hidup dapat membantunya pulih ke keadaan semula.

Baca Juga: Kalahkan 15 Tim, Ini Jawara Turnamen PMCC 2019

Sayangnya, ketika para ilmuwan mencoba memetakan tempat terbaik untuk melakukan upaya ini, tim ahli justru mendapatkan kesimpulan baru yang menyedihkan.

Pada akhir abad ini, hampir nol habitat terumbu karang yang cocok akan ditinggalkan untuk dipulihkan oleh para konservasionis.

"Pada 2100, ini akan terlihat sangat suram. Berusaha membersihkan pantai dan memerangi polusi adalah hal yang sangat bagus. Kita perlu melanjutkan upaya itu. Tetapi pada akhirnya, memerangi perubahan iklim adalah hal yang perlu kita dukung untuk melindungi karang dan menghindari stres yang berlipat ganda," ucap Renee Setter, seorang biogeografer di Universitas Hawaii Manoa, seperti dikutip laman IFL Science.

Baca Juga: Termasuk Jakarta, BMKG Prediksi Hujan Lebat di 7 Daerah Ini

Setter dan timnya memprediksi bahwa pada 2045, sebagian besar lautan tidak akan cocok untuk melakukan restorasi terumbu karang. Lalu pada 2100, hanya segelintir lokasi yang akan menjadi opsi yang layak, termasuk Baja California dan Laut Merah.

Ketika air di sekitar terumbu karang memanas, karang menjadi stres dan mengeluarkan ganggang simbiotik yang akan menghilangkan warna dan membuat karang jauh lebih rentan terhadap kematian.

Proses ini dikenal sebagai pemutihan dan dapat mengubah seluruh komunitas karang merah muda dan oranye menjadi putih pekat.

Ilustrasi pemanasan global. [Shutterstock]
Ilustrasi pemanasan global. [Shutterstock]

Sementara itu, banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan karang. Para ilmuwan percaya bahwa peningkatan keasaman dan suhu adalah penyebab terbesar kepunahannya.

Para ahli mencatat bahwa polusi telah berdampak pada sebagian besar terumbu di seluruh dunia, sehingga tidak akan memiliki dampak signifikan di masa depan, jika dibandingkan dengan efek pemanasan global yang ada.

Untuk mengurangi perubahan iklim, manusia harus secara drastis mengurangi jumlah gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang dipompa ke atmosfer. Jika tidak, aspek ikonik dari dunia alami, seperti terumbu karang dan penghuninya akan hilang selamanya.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak