Penyakit Terus Bermutasi, Ilmuwan Khawatir Spesies Katak Bisa Punah

Spesies katak harus diselamatkan saat ini agar terhindar dari kepunahan massal.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 26 Februari 2019 | 07:00 WIB
Katak yang terinfeksi jamur Batrachochytrium dendrobatidis. (Wikipedia/ Forrest Brem)

Katak yang terinfeksi jamur Batrachochytrium dendrobatidis. (Wikipedia/ Forrest Brem)

Hitekno.com - Tim peneliti yang berusaha memecahkan kasus ''wabah amfibi'' khawatir akan adanya skenario terburuk. Jamur pembunuh yang terus bermutasi diprediksi dapat memicu kepunahan massal spesies katak di dunia suatu saat nanti.

Para peneliti telah menggambarkan bahwa beberapa hutan hujan diketahui kini telah ''membisu''.

Hutan hujan yang sunyi senyap itu diakibatkan wabah yang menyapu populasi katak lokal hanya dalam beberapa bulan.

Baca Juga: Dinyatakan Punah 100 Tahun Lalu, Kura-kura Raksasa Ditemukan Kembali

Jamur pembunuh yang dikenal dengan sebutan Bd (Batrachochytrium dendrobatidis) dikhawatirkan oleh ilmuwan dapat memicu kepunahan massal selanjutnya.

Setidaknya 200 spesies katak diperkirakan telah punah sejak tahun 1970-an. Baik katak (frog) maupun bangkong (toad) diketahui dapat terpapar oleh infeksi jamur misterius ini.

Wabah jamur Bd telah merajalela di wilayah Amerika Latin. Upaya penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan mendeteksi bahwa sumber penyakit ini berada di Asia Timur.

Baca Juga: Sedih Banget, Mamalia Imut Ini Resmi Punah pada 2019 karena Perubahan Iklim

Ilustrasi katak. (Pixabay/ Gellinger)
Ilustrasi katak. (Pixabay/ Gellinger)

Kelompok konservasi lokal telah bekerja tanpa lelah untuk mengkarantina populasi katak lokal yang masih tersisa.

Namun, dengan perdagangan internasional amfibi yang terus berlanjut, ilmuwan khawatir bahwa penyakit ini akan terus bermutasi.

Secara khusus, perpaduan berbagai strain Bd dari seluruh dunia memiliki potensi menciptakan jamur hibrida yang lebih mematikan dari penyakit saat ini.

Baca Juga: Kabar Buruk Bagi Manusia, 100 Tahun Lagi Serangga Akan Punah

''Jika kita terus mengangkut amfibi bolak-balik, kita tidak tahu apa hasilnya di masa depan, kita mungkin mendapatkan sesuatu yang lebih patogen (mampu menyebabkan penyakit),'' kata Dr Joyce Longcore dikutip dari Independent.

Longcore merupakan ilmuwan yang pertama kali mengidentifikasi infeksi misterius pada katak.

Jamur Batrachochytrium dendrobatidis yang menginfeksi amfibi terutama katak. (Wikipedia/ Johnson ML)
Jamur Batrachochytrium dendrobatidis yang menginfeksi amfibi terutama katak. (Wikipedia/ Johnson ML)

Tes laboratorium baru-baru ini mengungkapkan bahwa penyakit jamur misterius pada katak telah bermutasi di negara lain.

Baca Juga: Kepunahan Massal, Deretan Hewan Ini Hilang 50 Tahun Lagi

Bentuk hibrida telah muncul di Brasil dan Afrika Selatan dan tampaknya lebih mematikan daripada aslinya.

Salah satu cara untuk menghentikan penyebaran infeksi katak, adalah menghindari perdagangan katak internasional baik katak untuk peliharaan atau konsumsi.

Jamur yang berbeda jenis diketahui juga bisa menginfeksi salamander sehingga tak hanya spesies katak, kepunahan massal bisa mengancam spesies lainnya.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak