Ini Alasan Ilmiah Mengapa Kita Takut Laba - Laba

Ternyata terdapat sejarah mengerikan di balik ketakutan terhadap laba-laba.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 29 Agustus 2018 | 18:00 WIB
Wolf Spider. (Terro)

Wolf Spider. (Terro)

Hitekno.com - Kita mungkin sangat menyukai superhero seperti Spider-man yang suka menolong. Namun sebaliknya, kita sangat takut laba-laba apabila makhluk itu bersembunyi di dalam rumah kita.

Ternyata ada alasan ilmiah mengapa kita takut terhadap laba-laba. Dalam penelitian yang ada, rasa takut terhadap laba-laba terkait dengan tingkat sensitivitas rasa jijik seseorang.

Rasa jijik merupakan respon penolakan makanan yang telah berevolusi untuk mencegah penularan penyakit.

Baca Juga: Alasan Ilmiah Ini Jelaskan Mengapa Seseorang Bisa Melihat Hantu

Hal itu merupakan respon yang biasanya ditimbulkan oleh hal-hal seperti kotoran, lendir dan muntahan. Ketiga hal tersebut merupakan media perantara untuk menularkan penyakit.

Rasa jijik ini juga terbukti sebagai ''relevansi ketakutan'' yang berkaitan dengan hewan non-pemangsa manusia. Hewan-hewan itu seperti kelelawar, kadal, siput, tikus, lintah, ular, tikus, kecoak, serta laba-laba.

Spiderman vs Laba-Laba. (ScienceABC)
Spiderman vs Laba-Laba. (ScienceABC)

Seorang profesor dari Sussex University yang bernama Graham Davey menyatakan bahwa ada kaitan sejarah masa lalu dengan ketakutan laba-laba di masa sekarang.

Baca Juga: Mitos Seram Mengenai Waktu Ini Ternyata Ada Penjelasan Ilmiahnya

Dikutip dari Psychologytoday, secara historis ini ada hubungannya dengan penyakit dan infeksi di Eropa yang ada selama berabad-abad.

Pada Abad Pertengahan, makanan yang bersentuhan dengan laba-laba dianggap beracun. Orang zaman dulu juga percaya apabila laba-laba jatuh ke air maka air akan menjadi beracun.

Akhir abad ke 17 banyak laba-laba Eropa dianggap beracun dan menjadi penyebab histeria dan gejala penyakit.

Baca Juga: Dolichogenidea xenomorph, Lebah Parasit Mirip di Film Alien

Ilustrasi mimpi buruk laba laba. (Jack Flacco)
Ilustrasi mimpi buruk laba laba. (Jack Flacco)

Pada abad tersebut, wabah dari ribuan tikus akan datang apabila suatu desa dihinggapi laba-laba di sebagian rumah warganya.

Masih belum jelas apakah itu sebuah pertanda yang kebetulan atau hanya laba-laba itu menyukai rumah yang terdapat banyak jerami.

Hal itu dikenal dengan ''tarantisme'' yang ada di beberapa wilayah seperti Sisilia, Spanyol, Jerman, Persia, Asia, Amerika dan Albania. Jadi ''ketakutan'' akan laba-laba yang menjijikkan merupakan warisan genetis dan menjadi fenomena universal.

Baca Juga: Jutawan Bitcoin Buat Lengan Robot Mirip Musuh Spider-Man

Ketakutan itu tertanam dalam DNA kita dan berfungsi sebagai naluri bertahan hidup dari generasi ke generasi. Oleh Neil deGrasse Tyson itu disebut dengan ''bagasi evolusi''.

Ilustrasi laba-laba. (Metro)
Ilustrasi laba-laba. (Metro)

Namun penelitian di atas masih bisa disanggah karena beberapa wilayah tak terjangkit fenomena tersebut.

Di banyak wilayah di dunia, seperti Indo-Cina, Karibia, Afrika, dan di antara penduduk asli Amerika Utara dan suku Aborigin Australia, laba-laba dimakan sebagai makanan lezat.

Hal itu bisa disebabkan karena fenomena budaya sehingga orang-orang tersebut tak memiliki fobia laba-laba.

Namun sebagian besar peneliti yakin bahwa terdapat hubungan antara rasa jijik, budaya setempat, dan warisan genetis yang membuat kita takut terhadap laba-laba.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak