Prabowo Klaim Tingkat Pengangguran Terendah Sejak 1998, Anies: Tapi Kok Susah Cari Kerja?

Anies Baswedan menyinggung klaim Prabowo Subianto perihal tingkat pengangguran terendah sejak 1998.

Lintang Siltya Utami

Posted: Senin, 27 Oktober 2025 | 09:19 WIB
Kolase foto Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. (Instagram/@prabowo/@aniesbaswedan)

Kolase foto Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. (Instagram/@prabowo/@aniesbaswedan)

Hitekno.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baru-baru ini menyinggung tentang tingkat pengangguran di Indonesia. Meskipun Presiden Prabowo Subianto mengklaim bahwa angka pengangguran menurun ke 4,67 persen dan diklaim terendah sejak 1998, tetapi Anies menyoroti fakta yang berbeda di lapangan. Pasalnya, publik masih mengeluh sulitnya mencari lowongan kerja.

Hal itu ia sampaikan dalam sebuah video singkat yang diunggah di akun X resmi miliknya @aniesbaswedan pada 24 Oktober 2025. Anies membuat video tersebut setelah dirinya viral menduduki posisi baru yang tercantum di LinkedIn dan melepas statusnya sebagai "pengangguran", label yang selama ini diberikan warganet padanya.

"Di twit saya di bawah ini, kok banyak banget yang tanya loker, bukannya tingkat pengangguran paling rendah sejak 1998? Kenapa masih banyak yang gelisah soal lapangan kerja? Mungkin ini penjelasannya..." cuit Anies Baswedan.

Melalui video singkat tersebut, Anies membukanya dengan apresiasi penurunan angka pengangguran dalam kepemimpinan Prabowo Subianto yang baru berjalan selama setahun. Namun, Anies menyentil klaim tersebut justru berkebalikan dengan fakta yang ada di kehidupan sehari-hari.

"Setahun sudah pemerintahan baru ini berjalan. Pak Presiden baru saja bilang bahwa angka pengangguran terendah sejak tahun 1998. Bagus dong kalau gitu. Tapi kenapa obrolan sehari-hari yang kedengarannya malah sebaliknya? Susah cari kerja, lowongan seret, PHK di mana-mana, lah kok bisa?" ujar Anies.

Anies menyebut bahwa data pengangguran mungkin memang menurun, namun jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan semakin bertambah.

"Ya memang sebenarnya kita tidak bisa ya berhenti di satu angka saja. Di lapangan, ceritanya jauh lebih kompleks. Misalnya nih, kalau kita mau lihat data lebih dalam lagi. Satu, pengangguran absolut itu justru naik. Jadi persentasenya emang turun, tapi jumlah orang nambah. Karena angkatan kerjanya membesar. Nah kita kejar-kejaran tuh di situ," sambungnya.

Tak hanya itu, Anies juga menyinggung pekerjaan paruh waktu yang semakin marak dan pertumbuhannya tidak berbanding lurus dengan jumlah pekerjaan penuh waktu.

"Lalu kedua, kualitas kerjanya melemah. Maksudnya apa? Gini, pekerjaan yang sifatnya part time, jumlahnya nambah. Sementara yang full time, jumlahnya berkurang. Banyak yang dihitung itu disebut sebagai bukan pengangguran, padahal mereka itu kerja part time dengan jam kerja dan penghasilan yang amat tidak layak," tambah Anies Baswedan.

Lebih lanjut, Anies menyebut bahwa mayoritas warga Indonesia masih berada dalam kelas pekerja informal. Hal itu yang membuat para pekerja rentan.

Baca Juga: Daftar Kode Redeem Mobile Legends yang Masih Aktif Hari Ini 27 Oktober 2025, Penuh Item Langka!

"Yang ketiga, mayoritas pekerja kita, 60-an persen masih pekerja informal. Kalau informal itu artinya apa? Upahnya cenderung rendah, tidak punya perlindungan sosial, tidak punya perlindungan hukum yang cukup," imbuhnya.

Sayangnya, meskipun anak muda memiliki semangat yang tinggi, kelompok ini pun yang berada di dalam tingkat pengangguran tertinggi. Tak hanya itu, Anies juga membandingkan inflasi dengan kenaikan upah yang tidak sebanding.

"Terus keempat, pengangguran anak muda tetap paling tinggi. Anak muda itu paling semangat, tapi paling sulit masuk ke tempat kerja. Nah terakhir, rata-rata upah kita naiknya tipis. Presiden bilang inflansi kita ini 2,3 persen. Itu terendah di antara negara-negara G20. Masalahnya, upah kita naiknya cuma 1,8 persen. Jadi ya masih kalah sama inflasi. Apalagi inflasi makanannya malah justu makin tinggi," tambahnya lagi.

Oleh karena itu, tak heran jika mayoritas warganet mengeluhkan hal yang berbeda dengan data yang disebutkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

"Jadi pantas ya, kalau banyak yang merasa apa yang ada di berita itu beda dengan apa yang ada di dompet. Di pasar sepi, cicilan makin berat, grup chat alumni isinya cari info loker," kata Anies.

Anies juga meminta agar pemerintah menyajikan data secara akurat kepada publik dengan harapan dapat membantu membuka lowongan pekerjaan formal yang penuh waktu.

"Nah, kita nggak usah takutlah lihat kenyataan dengan lengkap. Kalau data dibuka dengan jujur, dengan lengkap, maka publik juga bisa dukung langkah pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja formal yang full time, yang bermartabat, kemudian melindungi pekerja informal biar bisa naik kelas, dan menyerap anak-anak muda dengan ekosistem usaha yang adil," pungkas Anies.

Walau begitu, pemerintah tetap memiliki andil besar dalam masalah sulitnya mencari pekerjaan saat ini. Anies bahkan sempat menyinggung jika Presiden Prabowo Subianto tidak diberikan data yang sebenarnya karena fakta yang berbeda di lapangan.

"Jadi, tanggung jawab terbesar memang ada di pemerintah. Tapi kalau data ditampilkan hanya setengah-setengah, publik juga bingung. Mau dukung ke mana? Atau jangan-jangan, Presiden juga tidak diberi data yang lengkap ya?" tutupnya.

Unggahan itu pun sontak menuai beragam komentar dari warganet.

"Kalau dibuka data, aslinya sedang nyungsep, tapi dimanipulasi biar kelihatan berhasil. Negara mau gerakin ekonomi tapi dengan stimulus kredit, rakyat makin terperangkap, sementara hidup pejabat negara masih diatur sangat nyaman, negara nggak bener-bener peduli, hanya sibuk dengan agenda politik selanjutnya," komentar @prim*******.

"Bener abah, Gen Z kayak kita itu paling susah dapat kantor oke. Selama kuliah itu kita ikut magang maupun part time tapi nyatanya banyak loker full time yang syarat minim pengalaman 1-3 tahun tapi magang nggak dihitung, nah ini gimana," tulis @aku******.

"Begitulah pak. Pembisiknya Pak Prabowo entah nyomot data rakyat darimana. Apa beliau sampaikan malahan bertolak belakang dengan kenyataan, sulit mencari lowongan kerja, daya beli menurun, uang nggak ada harganya. Bukan rakyat yang harus irit tapi sistem yang harus dibenahi," sambung @iwan******.

×
Zoomed
Berita Terkait Berita Terkini

WhatsApp siapkan fitur baru yang dapat mengelola penyimpanan langsung di dalam obrolan....

internet | 14:49 WIB

Cara mudah mengunduh status WhatsApp tanpa diketahui pengunggahnya....

internet | 14:09 WIB

Salah satu warganet menciduk Anies Baswedan menyukai postingan yang mempertanyakan keberadaan Koperasi Merah Putih....

internet | 11:16 WIB

Roy Suryo menyebut salah satu anggota DPR yang menyimpan perihal informasi pendidikan Gibran di Australia....

internet | 09:51 WIB

Link DANA Kaget berisi saldo gratis yang dapat diklaim pada 26 Oktober 2025....

internet | 08:48 WIB