4 Tingkatan Status Gunung Berapi di Indonesia, Gunung Semeru Berstatus Awas

Di Indonesia ada empat tingkatan status gunung berapi yang harus kamu ketahui.

Agung Pratnyawan
Senin, 05 Desember 2022 | 13:15 WIB
Ilustrasi gunung berapi. (BNPB)

Ilustrasi gunung berapi. (BNPB)

Hitekno.com - Ada empat tingkatan status gunung berapi di Indonesia yang digunakan untuk menandai seberapa bahayanya kondisi sekarang. Seperti status Gunung Semeru yang telah mengalami peningkatan status dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas).

Diwartakan Suara.com, status Gunung Semeru telah ditingkatkan menjadi Level IV atau Awas sejak 4 Desember 2022 pukul 12:00 WIB. 

Dilaporkan juga kalau Gunung Semeru telah mengalami 29 erupsi dan letusan dalam enam jam trakhir erupsi dengan amplitudo 11-22 mm dan gempa selama 65-120 detik.

Baca Juga: Letusan Gunung Berapi Tonga Dianggap Saingi Krakatau, Jadi Terbesar Sejak 1883

Di Indonesia sendiri, ada beberapa tingkatan status gunung berapi ketika meletus. Seperti status Gunung Semeru yang telah ditetapkan menjadi level IV awas.

Tingkatan status ini dikeluarkan guna memperingati masyarakat yang tinggal di sekitar gunung berapi tersebut. Di setiap negara, tingkatan status gunung berapi berbeda.

Dikutip dim HiTkeno.com dari Suara.com, berikut ini empat tingkatan status gunung berapi di Indonesia:

Baca Juga: Letusan Gunung Berapi Bawah Laut Sebabkan Tsunami di Tonga

1. Normal (Level I)

Tingkatan status normal berarti tidak ada aktivitas magma yang diamati. Pada tingkatan status ini, pengamatan hasil visual, seismik, hingga gejala vulkanik lainnya menunjukkan bahwa gunung berapi tidak memperlihatkan adanya kelainan.

2. Waspada (Level II)

Baca Juga: NASA Teliti Keberadaan Gunung Berapi Super Erupsi di Mars, Berbahaya?

Tingkatan status waspada menunjukkan adanya aktivitas magma dan seismik, sehingga dibutuhkan penyuluhan ke masyarakat. Pada tingkatan status ini, pengamat juga akan melihat adanya perubahan di sekitar kawah.

Selain itu, akan terada adanya gangguan magmatik, tektonik, atau hidrotermal, meskipun diperkirakan tidak terjadi erupsi dalam jangka waktu tertentu.

3. Siaga (Level III)

Baca Juga: Gunung Berapi Tertinggi di Eropa Terus Tumbuh, Sukses Capai Rekor Baru

Pada tingkatan status Siaga, letusan gunung berapi dapat terjadi dalam dua minggu dan pemerintah harus menyiapkan sarana darurat. Pengamat akan melihat adanya peningkatan seismik dan perubahan aktivitas kawah.

4. Awas (Level IV)

Dalam tingkatan status Awas, letusan utama akan segera terjadi sehingga daerah yang terancam harus segera dikosongkan. Pengamat akan melihat adanya semburan abu dan uap dari gunung berapi, kemudian diikuti dengan erupsi besar.

Dalam kondisi seperti itu, erupsi besar diperkirakan akan berlangsung dalam kurun waktu 24 jam.

Mengingat status Gunung Semeru sendiri telah berada di tingkatan status Awas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memberikan beberapa arahan yang bisa diikuti masyarakat.

Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak atau pusat erupsi.

Selain itu, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena wilayah tersebut berpotensi dilanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Terakhir, masyarakat pun tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap lontaran batu pijar.

Dengan mengetahui tingkatan status gunung api di Indonesia, masyarakat setempat ataupun turis dapat mengenali bahaya yang dihadapi jika berada di daerah gunung berapi.

Itulah empat tingkat status gunung berapi di Indonesia yang kini digunakan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak