Peringatan Para Ahli, Krisis Iklim Telah Membunuh Banyak Orang

Negara-negara di daerah tropis harus lebih memperhatikan hal ini.

Agung Pratnyawan
Selasa, 26 Mei 2020 | 12:45 WIB
Ilustrasi kekeringan. (Pixabay)

Ilustrasi kekeringan. (Pixabay)

Hitekno.com - Krisis iklim masih jadi masalah yang harus dihadapi manusia sekarang dan di masa depan. Para ahli kesehatan teman memberikan peringatan akan masalah ini.

Para ahli kesehatan Asutralia mencatat bahwa orang-orang di seluruh dunia sudah sekarat, karena krisis iklim dan seringkali catatan kematian resmi tidak mencerminkan dampak dari bencana lingkungan berskala besar ini.

Jika emisi dunia tetap sama, diperkirakan pada tahun 2080 kota-kota di Australia akan mengalami setidaknya empat kali lipat jumlah kematian akibat peningkatan suhu Bumi.

Baca Juga: Krisis Iklim, Salju di Antartika Berubah Menjadi Hijau

"Perubahan iklim adalah pembunuh, tetapi kami tidak mengakuinya di sertifikat kematian," ucap Arnagretta Hunter, seorang dokter dari Australian National University, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (26/5/2020).

Dalam korespondensi yang baru diterbitkan, Hunter dan empat ahli kesehatan masyarakat lainnya memperkirakan catatan kematian Australia secara substansial tidak melaporkan kematian terkait suhu panas setidaknya 50 kali lipat.

Ilustrasi musim panas. (PIxabay/Free-Photos)
Ilustrasi musim panas. (PIxabay/Free-Photos)

Walaupun sertifikat kematian di Australia memiliki bagian untuk kondisi yang sudah ada sebelumnya dan faktor-faktor lain, tetapi kondisi iklim eksternal jarang diperhitungkan.

Baca Juga: Ilmuwan Sarankan 4 Senjata untuk Perangi Perubahan Iklim

Antara 2006 dan 2017, analisis menemukan kurang dari 0,1 persen dari 1,7 juta kematian yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan suhu panas yang berlebihan. Tetapi analisis baru ini, menunjukkan angka kematian terkait suhu panas di Australia sekitar 2 persen.

"Perubahan iklim menjadi perhatian banyak orang. Tetapi jika efek suhu ekstrem tidak dicatat, dampak penuhnya tidak akan pernah bisa dipahami," tulis para ilmuwan dalam penelitian yang diterbitkan di The Lancet Planetary Health.

Para ahli berpendapat bahwa sertifikasi kematian perlu dimodernisasi dengan memasukkan penyebab kematian tidak langsung, yang juga harus dimasukkan dan data kematian ini harus digabungkan dengan kumpulan data lingkungan skala besar.

Baca Juga: 11 Ribu Ilmuwan Bersatu, Bumi Alami Darurat Iklim!

Hunter mengatakan, tindakan semacam itu sangat penting. Tidak hanya untuk Australia tetapi juga negara lain di dunia. Inggris sendiri telah mendokumentasikan beberapa masalah dengan akurat dalam mengisi sertifikat kematian.

Ilustrasi perubahan iklim. [Shutterstock]
Ilustrasi perubahan iklim. [Shutterstock]

Namun, negara-negara di daerah tropis harus lebih memperhatikan sistem ini. Di daerah tropis, ada sedikit data kematian yang valid pada lebih dari 2 miliar orang yang tinggal di wilayah panas ini.

Hal itu akan menyulitkan prediksi mengenai apa yang akan terjadi pada masyarakat di masa depan.

Baca Juga: Jakarta akan Punya "Iklim Baru", Ini Peta Perubahan Iklim 2050

Itulah peringatan para ahli kesehatan Australia pada ancaman krisi iklim yang masih menghantui manusia sekarang. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak