Krisis Iklim, Salju di Antartika Berubah Menjadi Hijau

Ganggang mikroskopis dapat tumbuh di permukaan salju dengan warna hijau atau oranye atau bahkan merah.

Dinar Surya Oktarini
Jum'at, 22 Mei 2020 | 19:00 WIB
Ilustrasi Antartika yang penuh dengan salju. (Pixabay/ michelle2214)

Ilustrasi Antartika yang penuh dengan salju. (Pixabay/ michelle2214)

Hitekno.com - Krisis iklim yang membuat suhu naik membuat ganggang menyebar lebih luas dari sebelumnya di Antartika. Kondisi ini membuat salju tertutup dengan warna hijau. Ilmuwan mengatakan ''salju hijau'' ini kemungkinan akan menyebar seiring meningkatnya suhu global. 

Tim ahli dari Universitas Inggris dan Survei Antartika Inggris, telah menciptakan peta berskala besar pertama dari ganggang mikroskopis di Semenanjung Antartika. Para ilmuwan menggunakan satelit Sentinel 2 milik Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk memetakan bunga ganggang.

Ganggang mikroskopis dapat tumbuh di permukaan salju dengan warna hijau atau oranye atau bahkan merah. Ini merupakan kondisi yang buruk karena ganggang yang berada di permukaan salju menghalangi kemampuan salju untuk memantulkan sinar Matahari.

Baca Juga: Cara Daftar Free Fire Advance Server, Waktunya Terbatas

Keberadaan ganggang di permukaan salju akan meningkatkan kemungkinan salju mencair lebih cepat. Salju putih umumnya memantulkan sekitar 80 persen radiasi Matahari, sedangkan "salju hijau" hanya memantulkan sekitar 45 persen.

Dalam Nature Communication, tim melaporkan sebanyak 1.679 ganggang mikroskopis mekar di area yang berbeda, dengan 1,9 kilometer persegi area gabungan di seluruh semenanjung, dan dua pertiganya berada di pulau-pulau kecil di dataran rendah.

Ganggang hanya mekar dalam kisaran suhu tertentu, sekitar suhu titik beku air, yang umumnya terjadi antara November dan Februari. Ganggang tidak dapat bertahan jika suhu terlalu panas atau terlalu dingin.

Baca Juga: Diduga Data KPU Bocor, Pengamat Sebut Keamanan Siber Indonesia Lemah

Selain Antartika, ilmuwan memprediksi wilayah pesisir benua juga akan mengalami peningkatan signifikan dalam pertumbuhan ganggang, selama beberapa dekade mendatang.

"Ketika Antartika menghangat, kami memperkirakan massa keseluruhan ganggang salju akan meningkat," ucap Dr. Andrew Gray, penulis utama penelitian sekaligus peneliti di Universty of Cambridge dan NERC Field Spectroscopy Facility, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (22/5/2020).

Ilustrasi: Perubahan iklim. (Shutterstock)
Ilustrasi: Perubahan iklim. (Shutterstock)

Pertumbuhan ganggang juga dipengaruhi oleh burung dan mamalia yang hidup di Antartika, khususnya kotoran hewan-hewan itu adalah sumber nutrisi bagi ganggang. Para ilmuwan menemukan 60 persen dari ganggang yang terdeteksi berada dalam jarak 5 kilometer, dari koloni penguin dan tempat di mana anjing laut datang untuk beristirahat di darat.

Baca Juga: Data Bocor Sebanyak 2,3 Juta Dijual di Pasar Gelap, Milik KPU?

Para ilmuwan juga memperkirakan bahwa ganggang ini, yang bertindak sebagai penyerap karbon, menghilangkan 479 ton CO2 atmosfer per tahun atau setara dengan emisi 486 pesawat yang bepergian antara New York dan London.

Para ilmuwan berencana untuk mengeksplorasi mengukur penyebaran ganggang lebih lanjut, termasuk ganggang lain dalam penelitian masa depan, dengan melakukan penelitian lapangan di benua Selatan.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Baca Juga: Salju di Himalaya Mencair, Ganggang Hijau Beracun Cemari Laut Arab

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak