NASA Gunakan Sinar Laser untuk Cari Sumber Air di Bulan

NASA berencana menggunakan sinar laser untuk mencairkan es yang bisa dijadikan sebagai sumber air di permukaan Bulan.

Dinar Surya Oktarini
Rabu, 29 April 2020 | 22:00 WIB
Ilustrasi Bulan purnama langka di tahun 2017. (NASA)

Ilustrasi Bulan purnama langka di tahun 2017. (NASA)

Hitekno.com - NASA berencana menggunakan sinar laser untuk mencairkan es yang bisa dijadikan sebagai sumber air di permukaan Bulan

Misi dengan nama Lunar Flashlight ini akan membawa satelit penelitian CubeSat, yang akan bertugas mencari potensi sumber air bagi misi NASA di masa depan dalam penjelajahan luar angkasa.

"Meski kami punya perkiraan cukup bagus bahwa ada es di dalam kawah paling dingin dan paling gelap di Bulan, pengukuran yang dilakukan sebelumnya masih sedikit ambigu," jelas Barbara Cohen, peneliti utama misi Lunar Flashlight sebagaimana dikutip laman Slash Gear, Rabu (29/4/2020).

Baca Juga: Aplikasi Shooper, Solusi Praktis untuk Berbelanja Hemat

Menurut Cohen, mengirimkan satelit pencari sumber air akan lebih efektif ketimbang mengutus langsung astronot ke satelit alami Bumi tersebut.

"Secara ilmiah, itu masuk akal. Tetapi jika kita berencana mengirim astronot ke sana untuk menggali es dan meminumnya, kita harus yakin dulu kalau (sumber air) itu ada," sambungnya.

Setelah mengangkasa, satelit CubeSat akan mengorbit di sekitar Bulan, lalu menukik di sekitar Kutub Selatan Bulan selama dua bulan dan memancarkan laser ke wilayah-wilayah gelap di sana.

Baca Juga: Popular Google Doodle Games Hari Ini Terinspirasi dari Oskar Fischinger

Secara keseluruhan, akan ada empat laser yang dipancarkan melalui panjang gelombang inframerah jarak dekat yang akan memberikan respon berbeda berdasarkan permukaan yang dijamahnya, apakah batu atau air beku.

Jika obyek merupakan batu biasa, maka sinar laser yang dipancarkan akan memantul kembali ke CubeSat. Namun, jika cahaya yang dipantulkan lebih sedikit atau bahkan menembus wilayah gelap tersebut, kemungkinan permukaan tersebut telah diserap oleh air beku di dalam kawah yang gelap itu. Singkatnya, semakin sedikit sinar laser yang terpantulkan, semakin besar kemungkinan adanya sumber air di sana.

Sedangkan untuk lokasi persis sumber air di Bulan berasal, ilmuwan memperkirakan hasilnya akan bervariasi. Beberapa wilayah permukaan Bulan kemungkinan telah menyimpan sumber air sejak dihantam komet dan asteroid, dan diperkirakan kaya akan bahan kimia yang membeku.

Baca Juga: Bisa Terbang Lebih Lama, DJI Umumkan Drone Mavic Air 2

Logo NASA. [Shutterstock]
Logo NASA. [Shutterstock]

Namun, sumber air lainnya dapat mencakup interaksi antara tanah Bulan dan angin Matahari. Terlindung dari kelebihan sinar Matahari, air dan bahan kimia yang berada di dalam kawah akan terakumulasi secara bertahap selama miliaran tahun.

Seberapa banyak sumber air yang bisa ditemukan pun masih belum bisa dipastikan. Meski begitu, misi Lunar Flashlight harus dilakukan untuk mengisi kekosongan pengetahuan tentang seberapa banyak volume air yang dapat diakses diambil dari permukaan Bulan.

Jika misi ini berhasil, sumber air yang ditemukan akan diekstraksi dan dicairkan. Nantinya, astronot NASA dapat menggunakannya baik untuk minum maupun dijadikan sebagai bahan bakar untuk menjelajah luar angkasa lebih jauh.(Suara.com/Tivan Rahmat)

Baca Juga: Siap Rilis Akhir Bulan, Harga Infinix Note 7 Dijamin Murah

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak