NASA Berhasil Abadikan Komet Meledak di Luar Angkasa, Ini Penampakannya

Kejadian komet meledak ini tertangkap pada 2018 kemarin.

Agung Pratnyawan
Selasa, 10 Desember 2019 | 10:17 WIB
Bintang berekor atau Komet. (The Daily Nexus)

Bintang berekor atau Komet. (The Daily Nexus)

Hitekno.com - Apakah komet bisa meledak di luar angkasa? Ternyata bisa, seperti tangkapan NASA yang berhasil mengabadikan sebuah komet meledak.

Komet 46P/Wirtanem, tertangkap pantauan badan antariksa Amerika serikat ini dengan bantuan satelit TESS (Transit Exoplanet Survey Satelite). 

TESS yang awal mulanya hanya berfokus mengamati dan mencari eksoplanet, tapi tak sengaja mengabadikan peristiwa komet meledak yang terjadi pada akhir 2018 tersebut.

Baca Juga: Ditemukan Mikroba Pemakan Batuan Luar Angkasa, Aneh Tapi Nyata

Saat dilatih di wilayah langit tertentu selama sebulan, TESS menangkap seluruh peristiwa dari awal hingga akhir ketika komet 46P/Wirtanen meledak, mengeluarkan debu, es, dan gas ke dalam kosmos.

Komet adalah bongkahan besar batuan es yang tersisa dari pembentukan bintang dan berusia miliaran tahun.

Ada banyak alasan mengapa komet dapat meledak, meski begitu masih tidak diketahui secara pasti alasan meledaknya komet 46P/Wirtanen ini.

Baca Juga: Bergerak Cepat, Astronom Lacak Komet Misterius di Bima Sakti Ini

"Saat komet mengorbit Matahari, mereka dapat melewati bidang pandang TESS," jelas Tony Farnham, penulis utama pengamatan ini dari University of Maryland.

Ledakan komet. [NASA Goddard Space Flight Center]
Ledakan komet. [NASA Goddard Space Flight Center]

TESS berhasil mengabadikan ledakan dengan detail yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kejadian komet meledak tersebut terjadi pada 26 September 2018 dan menghilang selama 20 hari berikutnya.

TESS mengambil gambar setiap 30 menit sehingga tim dapat melihat seluruh urutan kejadian ketika komet meledak.

Baca Juga: Baru Terungkap, Ternyata Komet Ini Punya Bulan Sendiri

Dilansir laman IFL Science, ledakan awal terjadi dalam dua fase, yaitu ledakan pertama sepanjang 1 jam dan ledakan selanjutnya selama 8 jam.

Ada beberapa teori yang menyebutkan tentang pemicu ledakan komet, sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi di permukaan komet.

Hal ini bisa berupa gelombang panas dari Matahari yang menyebabkan es di komet menguap dengan cepat dan menciptakan ledakan atau runtuhnya permukaan berbatu di komet.

Baca Juga: Menakjubkan, Ini Penampakan Permukaan Komet dari Dekat

"Kita tidak bisa memprediksi kapan ledakan komet akan terjadi," tambah Farnham.

Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA. [Shutterstock]
Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA. [Shutterstock]

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters, tim menghitung berapa banyak material yang bisa dikeluarkan dalam ledakan komet.

Menurut peneliti diperkirakan mencapai 1 juta kilogram sehingga cukup membuat kawah selebar 20 meter di permukaan Wirtanen.

Selain ledakan, para peneliti juga berhasil menangkap jejak debu komet untuk pertama kalinya.

Jejak yang terlihat seperti puing-puing pasir dan kerikil itulah yang menyebabkan terjadinya hujan meteor saat orbit Bumi melintasi komet dan membuat beberapa puing memasuki atmosfer Bumi.

Itulah kejadian komet meledak yang berhasil diabadikan oleh NASA 2018 kemarin. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak