Bupati Pati Sudewo menyatakan akan ada konsekuensi dari dibatalkannya rencana PBB P2 sebesar 250 persen. [Instagram]
Hitekno.com - Sebuah curahan hati soal ketidakhadiran pedangdut Happy Asmara yang diduga untuk menuai simpati justru berbalik menjadi bumerang tajam bagi Bupati Pati, Sudewo.
Niatnya untuk menunjukkan kekecewaan atas batalnya penampilan pedangdut Happy Asmara secara tak terduga malah memicu kemarahan publik pada Bupati Pati Sudewo.
Publik di media sosial dengan cepat mengaitkan keluhan sang bupati Pati dengan kekecewaan mereka sendiri terhadap kepemimpinan Sudewo.
Momen ini menjadi studi kasus menarik tentang bagaimana pernyataan seorang pejabat publik bisa menjadi "senjata makan tuan" ketika ada jurang persepsi yang dalam dengan masyarakat yang dipimpinnya.
Keluhan tentang sebuah acara hiburan dianggap tidak sebanding dengan isu kebijakan yang lebih fundamental, seperti kenaikan pajak yang kontroversial.
Kronologi Kekecewaan Bupati Pati
Semua berawal dari sebuah video yang diunggah di media sosial pada Senin 11 Agustus 2025, di mana Bupati Sudewo secara terbuka mengungkapkan rasa kecewanya.
Ia menjelaskan bahwa Happy Asmara, yang sudah diumumkan akan tampil pada sebuah acara 5 September mendatang, membatalkan kehadirannya secara mendadak.
"Happy Asmara itu semalam WhatsApp, katanya ada acara mendadak di Jakarta yang harus diikuti," ujar Bupati Pati, Sudewo.
Ia pun tak bisa menutupi kekecewaannya, "Ya, saya juga kecewa, sudah dipublikasi, ternyata nggak bisa," ungkapnya.
Baca Juga: Lolos TKDN dan SDPPI, Tiga Produk Ini Jadi 'Strategi Samsung Kunci' Semua Segmen
Untuk menenangkan publik, ia menyebut tengah berupaya mendatangkan Denny Caknan sebagai pengganti, namun dengan hati-hati.
"Kami ini sedang berusaha menghubungi Denny Caknan untuk tampil 5 September. Tapi saya juga belum bisa memastikan, saya pastikan dulu ada perjanjian hitam di atas putih. Kalau sudah ada, bisa, baru kami sampaikan," jelasnya.
Reaksi Publik: Kritik Menghujam Berdatangan
Alih-alih mendapatkan simpati, kolom komentar justru dibanjiri oleh kritik pedas dari warganet. Publik seolah membalikkan cermin, membandingkan kekecewaan sang bupati dengan apa yang mereka rasakan.
Alih-alih menyalahkan Happy Asmara, warganet justru berbalik membela sang biduan. "Fix Happy menjaga nama baiknya," tulis seorang warganet, seolah menyiratkan ada alasan lain di balik pembatalan tersebut.
Kritik yang lebih tajam langsung menghubungkan keluhan tersebut dengan kinerja sang bupati. "Dia bilang kecewa sama Happy Asmara, padahal dia lah sumber kekecewaan banyak orang," sahut akun @edi*****.
Komentar lain pun tak kalah pedas, "Cuma gara-gara nggak hadir jadi kecewa. Lebih kecewa rakyat terhadap arogansi anda," timpal @sar*****.
Akar Masalah di Balik Kemarahan Warganet
Gelombang kritik ini bukanlah tanpa sebab. Publik tampaknya masih menyimpan kekesalan terhadap serangkaian kebijakan dan pernyataan kontroversial dari sang bupati.
Sejumlah masyarakat Pati memang agaknya geram dengan pemimpin mereka. Salah satu yang paling diingat adalah rencananya untuk menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen.
Meskipun rencana tersebut kini telah dibatalkan setelah menuai protes keras, pernyataan Sudewo sebelumnya yang terkesan arogan, di mana ia mengatakan "akan menghadapi puluhan ribu orang yang menentang kebijakannya," telah meninggalkan luka di benak masyarakat.
Karena itu, ketika ia mengeluhkan kekecewaan karena batalnya sebuah konser, publik melihatnya sebagai sebuah ironi yang menyakitkan.