Hitekno.com - Jerman berpotensi memblokir akses ke chatbot ChatGPT OpenAI karena masalah privasi, juru bicara komisaris perlindungan data negara tersebut.
"Pada prinsipnya, prosedur serupa juga dimungkinkan di Jerman," Komisaris Federal untuk Perlindungan Data Ulrich Kelber mengatakan, dilansir dari Russia Today.
Sebelumnya Otoritas Nasional Italia untuk Perlindungan Data Pribadi memerintahkan ChatGPT untuk sementara offline, karena menyelidiki dugaan kebocoran data pengguna oleh aplikasi bulan lalu.
Baca Juga: Musuh Pick Estes, Beli 6 Item Ini Buat Counter Efektifnya di Mobile Legends
Regulator Italia juga mengkritik ChatGPT karena tidak memberi tahu pengguna bahwa mereka mengumpulkan dan menyimpan informasi mereka, dan karena gagal memasang filter apa pun untuk memverifikasi usia pengguna.
Juru bicara Kelber mengatakan bahwa saat ini tidak ada rencana untuk melarang chatbot di Jerman, dan bahwa keputusan seperti itu akan berada di bawah yurisdiksi masing-masing negara bagian.
Kantor Kelber saat ini sedang mencari "informasi lebih lanjut" dari pihak berwenang Italia untuk diteruskan ke regulator negara di Jerman, tambahnya.
Baca Juga: 4 Hero Healer Ampuh di Mobile Legends, Cocok untuk Kawal Marksman dan Tank
Pengawas privasi Prancis dan Irlandia juga telah melakukan kontak dengan rekan-rekan Italia mereka untuk membahas penyelidikan, Reuters melaporkan pada hari Senin.
Diluncurkan pada November 2022, ChatGPT menggunakan model bahasa GPT-3.5 OpenAI untuk menjawab pertanyaan pengguna, memecahkan masalah matematika, dan menulis cerita, puisi, dan bahkan kode komputer.
Sementara CEO OpenAI Sam Altman mengakui bahwa teknologinya dapat "menghilangkan banyak pekerjaan saat ini," para kritikus telah memperingatkan kemungkinan yang lebih merusak bahwa chatbot merupakan langkah awal menuju kecerdasan buatan yang melampaui kekuatan otak manusia dan melarikan diri dari kendali manusia.
Baca Juga: 5 Anime Seru yang Cocok Ditonton Saat Gabut Menunggu Buka Puasa
Lebih dari 1.100 peneliti AI dan pemimpin teknologi terkemuka, termasuk CEO Tesla Elon Musk dan pendiri Apple Steve Wozniak, menandatangani surat terbuka bulan lalu yang menuntut moratorium enam bulan pada "eksperimen AI raksasa."