Peneliti: Indonesia Jadi Penghubung Asia dan Pasifik secara Genetik

Indonesia menyimpan data untuk menjelaskan bagaimana hubungan Asia dan Pasifik terkait dengan asal-usul leluhur mereka.

Agung Pratnyawan
Senin, 08 November 2021 | 20:59 WIB
Jalur persebaran manusia keluar dari Afrika. (Vincent Mourre)

Jalur persebaran manusia keluar dari Afrika. (Vincent Mourre)

Hitekno.com - Prof Herawati Sudoyo, Peneliti di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan kalau Indonesia adalah penghubung antara Asia dan Pasifik secara genetik.

Bahkan peneliti ini mengatakan Indonesia sebagai jalan raya genetik kuno antara Asia dan Pasifik.

Dengan demikian, peranan Indonesia penting dalam mengetahui asal-usul leluhur populasi manusia di dunia.

Baca Juga: Hidup Puluhan Juta Tahun Lalu, Kuda Purba Ini Punya Bentuk Tubuh Aneh

"Kita sudah menjawab ke dunia bahwa kepulauan Indonesia ini adalah suatu jalan raya yang besar atau jembatan besar yang menghubungkan Asia dan Pasifik," kata dia dalam Pembukaan Konferensi Nasional Sejarah XI 2021 secara dalam jaringan di Jakarta, Senin (8/11/2021).

Ia mengatakan manusia leluhur di Asia dan Pasifik tentu harus melewati Indonesia ketika mereka bermigrasi sehingga Indonesia menyimpan data untuk menjelaskan bagaimana hubungan Asia dan Pasifik terkait dengan asal-usul leluhur mereka.

Tanpa ada data dari Indonesia, menurut dia, akan ada suatu lubang besar yang tidak dapat memberikan jawaban kepada dunia tentang hubungan Asia dan Pasifik.

Baca Juga: Ditemukan Kumbang Purba Berusia 100 Juta Tahun, Pandai Menyelinap

"Indonesia sangat penting untuk dunia. Tanpa Indonesia, tidak ada jawaban bagaimana hubungan Asia dengan Pasifik," ujarnya.

Herawati mengatakan DNA (deoxyribonucleic acid) berisi informasi genetik yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dengan mempelajari DNA maka dapat menguak asal-usul leluhur serta mempelajari struktur dan hubungan populasi.

Ilustrasi manusia purba (Shutterstock).
Ilustrasi manusia purba (Shutterstock).

Dengan mempelajari DNA, juga dapat mengembangkan gambaran pembauran genetik dalam skala spasial yang berbeda di seluruh Nusantara dan interkoneksi global.

Baca Juga: Ilmuwan Sebut Manusia Purba juga Lakukan Hibernasi, Mirip Beruang

Ia mengemukakan bahwa mempelajari dampak pembauran genetik juga berhubungan dengan varian genetik dan potensi kesehatan. Kemajuan teknologi tentunya membantu mempelajari DNA sehingga mampu mengungkap asal-usul manusia modern.

"DNA itu memperlihatkan arsip masa lalu," kata dia.

Penelitian terhadap DNA telah menunjukkan Homo sapiens atau manusia modern berasal dari Afrika, sehingga leluhur Indonesia juga berasal dari Afrika.

Baca Juga: Harus Tahu, Ini 7 Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia

"DNA membuktikan leluhur Homo sapiens berasal dari Afrika," ujarnya.

Saat itu, Homo sapiens menghuni Afrika, sedangkan Asia dan Eropa dihuni manusia purba, Neanderthal dan Denisovan. Pencampuran terjadi waktu leluhur Homo sapiens mulai menghuni Asia dan Eropa.

Kemajuan berganda, tumpang tindih, dan kawin silang (interbreeding) antarspesies, kata dia, menghasilkan pencampuran gen manusia purba Neanderthal dan Denisovan dengan manusia modern, Homo sapiens.

Motif DNA pada populasi global menggambarkan pola spesifik berdasarkan asal geografis. Hal itu menunjukkan leluhur Homo sapiens berkelana menyebar ke seluruh dunia.

"Jadi genom manusia merupakan informasi dalam tubuh kita yang bercerita tentang diri kita," kata Herawati.

Ia mengemukakan bahwa dengan mengetahui pembauran genetik tersebut juga akan membantu memahami gelombang migrasi leluhur dan hasil atau proporsi pembauran pada populasi etnik yang ada. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak