Jika Kepunahan Massal Terjadi, Butuh Waktu 10 Juta Tahun Untuk Pulih

Kita diprediksi sedang menuju kepunahan massal selanjutnya, dan itu disebabkan oleh manusia!

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 10 April 2019 | 06:00 WIB
Ilustrasi kepunahan massal. (Unsplash/ Edoardo Busti)

Ilustrasi kepunahan massal. (Unsplash/ Edoardo Busti)

Hitekno.com - Berdasarkan penelitian, puluhan juta tahun lalu pernah terjadi kepunahan massal yang diakibatkan oleh asteroid.

Namun menurut peneliti, kepunahan massal yang akan terjadi setelahnya diprediksi akan disebabkan oleh manusia.

Hal itu bisa diakibatkan dari perang nuklir atau perubahan iklim karena pemanasan global yang sebagian besar disebabkan oleh manusia.

Baca Juga: Kontroversial, Penelitian Ini Mengungkapkan Ada Jamur dan Mikroba di Mars

Peneliti menyebutkan bahwa CO2 memang masih ada di atmosfer selama ribuan tahun.

Namun studi baru menunjukkan bahwa akan butuh waktu lebih lama agar keanekaragaman hayati pulih kembali.

Penelitian yang telah diterbitkan di jurnal Nature Ecology and Evolution mengungkapkan bahwa butuh waktu setidaknya 10 juta tahun untuk memulai kembali kehidupan setelah kemusnahan massal.

Baca Juga: Peneliti Menemukan Spesies Ular Baru, Mematikan Tanpa Perlu Buka Mulut

''Kami berpikir kita sedang mendekati kepunahan massal yang didorong oleh manusia itu sendiri. Itu disebabkan hilangnya habitat dan banyak faktor lainnya, termasuk perubahan iklim,'' kata Andrew Fraass, seorang ahli paleobiologi dari University of Bristol.

Ilustrasi kepunahan massal ketika dihantam asteroid. (Pixabay/ TBIT)
Ilustrasi kepunahan massal ketika dihantam asteroid. (Pixabay/ TBIT)

Para peneliti mempelajari catatan fosil setelah kepunahan massal terakhir, tumbukan asteroid di Semenanjung Yucatan.

Tumbukan tersebut dipercaya menyebabkan mega tsunami, memanaskan atmosfer, memusnahkan dinosaurus, dan menghilangkan 75 persen spesies yang ada di Bumi.

Baca Juga: Peneliti Temukan Wadah Perunggu Berisi Ramuan Keabadian di China

Setelah kepunahan massal pada Zaman Kapur, peneliti menemukan bahwa spesies plankton hanya menjadi beberapa jenis saja.

Diperlukan waktu 10 juta tahun agar keanekaragaman hayati pulih kembali.

Peneliti memberikan peringatan agar manusia lebih peduli kepada alam karena kita diprediksi sedang menuju kepada kepunahan massal.

Baca Juga: Ciptakan Hutan Berpola, Ilmuwan Jepang Habiskan 50 Tahun Penelitian

Dikutip dari Fast Company, studi terbaru menyebutkan bahwa 40 persen spesies serangga terancam punah.

Ilustrasi bencana karena perubahan iklim. (Pixabay/ Darksoul1)
Ilustrasi bencana karena perubahan iklim. (Pixabay/ Darksoul1)

Sebuah studi pada tahun 2015 yang mengamati mamalia, amfibi, burung, dan reptil juga menemukan sesuatu yang mengejutkan.

Peneliti menemukan bahwa tingkat kepunahan rata-rata sekarang telah meningkat sebanyak 100 kali lebih tinggi daripada tingkat kepunahan normal.

Di darat, 1.700 spesies berisiko punah hanya dalam waktu 50 tahun ke depan karena kehilangan habitat.

Manusia juga mendorong begitu banyak mamalia yang punah dalam waktu 50 tahun. Dibutuhkan waktu setidaknya 3 juta tahun bagi keanekaragaman hewan untuk kembali pulih.

Apabila banyak serangga punah, itu juga akan mempengaruhi penyerbukan sehingga manusia terkena dampaknya karena buah juga sulit berkembang.

Kepunahan massal adalah sesuatu yang sangat membahayakan, tak hanya pada spesies tertentu saja, karena manusia juga akan merasakan akibatnya.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak