Unik Banget, Kodok Ini Bisa Menyala dalam Gelap

Kodok labu berkomunikasi dan menakuti predatornya dengan cara yang unik.

Vika Widiastuti | Rezza Dwi Rachmanta
Sabtu, 30 Maret 2019 | 20:00 WIB
Kodok labu dapat menyala dalam gelap. (New York University/ Sandra Goutte)

Kodok labu dapat menyala dalam gelap. (New York University/ Sandra Goutte)

Hitekno.com - Ilmuwan terkejut karena di alam sana terdapat hewan dengan kemampuan yang tidak disangka sebelumnya. Setelah diteliti di dalam laboratorium, seekor kodok labu (pumpkin toadlet) ternyata dapat menyala dalam gelap.

Kodok (toad) dikenal sebagai hewan yang penuh dengan bintik-bintik dan mempunyai kaki pendek sehingga mereka tidak bisa melompat tinggi seperti katak (frog).

Beberapa kodok seperti kodok labu, memiliki kemampuan khusus dalam menghadapi predatornya.

Baca Juga: 30 Tahun Lalu Dinyatakan Punah, Hewan Ini Muncul Lagi di Taiwan

Sebuah penelitian yang telah diterbitkan di jurnal Scientific Reports berhasil mengungkapkan sebuah metode unik dari kodok labu dalam berkomunikasi dan menakuti predatornya.

Sandra Goutte, seorang ahli biologi dari New York University sekaligus pemimpin penelitian menjelaskan bahwa cahaya dalam kodok tersebut hanya bisa dilihat menggunakan sinar UV (Ultraviolet).

Kodok labu dalam lingkungan aslinya. (New York University/ Sandra Goutte)
Kodok labu dalam lingkungan aslinya. (New York University/ Sandra Goutte)

Spesies yang dikenal sebagai Brachycephalus ephippium, berfluoresensi dengan pola yang tidak biasa ketika diletakkan di bawah sinar UV..

Baca Juga: Makin Mengkhawatirkan, Ratusan Hewan Terbesar di Dunia Menuju Kepunahan

Kodok labu yang berasal dari Brasil ini dapat mengeluarkan cahaya ketika dilihat oleh hewan lain dalam gelap.

Manusia tidak dapat melihat kodok labu menyala karena penglihatan manusia terbatas ketika melihat frekuensi warna sinar UV.

Hanya hewan tertentu yang dapat melihat frekuensi sinar UV yang dapat melihat kodok labu menyala.

Baca Juga: Bikin Ngakak, Ini Hewan yang Ditakuti Netizen Ketika di Laut

''Pola-pola fluorescent hanya dapat dilihat oleh mata manusia di bawah lampu UV. Di alam, jika mereka terlihat oleh hewan lain, mereka dapat digunakan sebagai sinyal komunikasi intra-spesifik atau sebagai penguat dari pewarnaan aposematic mereka. Itu bisa memperingatkan calon pemangsa mereka mengenai betapa beracunnya tubuh sang kodok,'' kata Sandra Goutte.

Sebelah kiri mengungkapkan kodok labu di bawah sinar matahari biasa, sedangkan sebelah kanan menunjukkan kodok labu dengan sinar UV. (Jurnal Scientific Reports)
Sebelah kiri mengungkapkan kodok labu di bawah sinar matahari biasa, sedangkan sebelah kanan menunjukkan kodok labu dengan sinar UV. (Jurnal Scientific Reports)

Kodok labu termasuk diurnal, artinya mereka akan aktif ketika siang hari. Itu memungkinkan fluoresensi mereka dapat dideteksi oleh spesies tertentu di bawah sinar matahari alami.

Dikutip dari IFLScience, fluoresensi spesies itu berasal dari tulang mereka, bukan kulit kodok tersebut.

Baca Juga: Ilmuwan Takjub, Ada Hewan Kecil di Kedalaman Danau Antartika

Ilmuwan menemukan bahwa kodok labu kehilangan pendengaran frekuensi tinggi mereka. Itu memungkinkan kemampuan fluoresensi yang meningkat untuk membantu mereka berkomunikasi serta menakuti predator.

Penemuan mengenai kodok labu yang dapat menyala dalam gelap ini membuktikan bahwa hewan mempunyai kemampuan tinggi lainnya ketika kemampuan satunya turun.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak