Ilustrasi Exynos 2600. [Samsung]
Hitekno.com - Samsung akhirnya mulai membuka informasi mengenai teknologi chip 2nm generasi terbarunya dalam chip Exynos 2600 dan hasil awalnya memunculkan kejutan yang cukup unik, bukan karena performanya yang melompat drastis, tetapi karena angkanya justru relatif kecil dibandingkan ekspektasi banyak pihak.
Perusahaan tersebut menargetkan produksi massal dan pengiriman seri silikon baru ini pada 2026, dimulai dari varian Eropa untuk lini Galaxy S26. Jika melihat angka resmi yang dipublikasikan, peningkatannya memang belum mencerminkan sebuah revolusi besar.
Namun, di balik layar, Samsung ternyata telah mengamankan sejumlah kontrak bernilai besar yang menunjukkan besarnya kepercayaan industri terhadap kemampuan 2nm generasi awal ini.
Selama beberapa tahun terakhir, keberadaan chip Exynos sering menjadi titik lemah dalam lini flagship Samsung. Pembeli di Eropa kerap merasa dirugikan karena performa dan efisiensi perangkat mereka tidak sebaik versi AS yang menggunakan Snapdragon.
Pola ini tampaknya akan terulang lagi pada perilisan Galaxy S26 dan S26+, yang diperkirakan akan ditenagai oleh Exynos 2600. Sementara itu, Galaxy S26 Ultra diprediksi tetap menggunakan Snapdragon 8 Elite Gen 5 secara global, mempertahankan reputasinya sebagai model paling premium.
![Samsung Galaxy S25 Series. [Samsung]](https://media.hitekno.com/thumbs/2025/01/23/45064-samsung-galaxy-s25-series/730x480-img-45064-samsung-galaxy-s25-series.jpg)
Walau demikian, Samsung kini terlihat jauh lebih optimis dibandingkan generasi sebelumnya. Dalam laporan keuangannya, perusahaan menguraikan proyeksi peningkatan yang dihasilkan dari proses manufaktur Gate-All-Around (GAA) 2nm yang baru.
Dibandingkan proses 3nm generasi kedua, teknologi ini memberikan peningkatan performa sekitar 5 persen, efisiensi daya 8 persen, serta pengurangan ukuran chip sekitar 5 persen. Angka-angka tersebut memang tidak mencolok, namun cukup signifikan sebagai pijakan awal menuju proses fabrikasi yang lebih matang.
Nyatanya, performa awal ini sudah cukup untuk membuat Samsung mendapatkan sekitar 25 persen dari total pesanan Galaxy S26 dan mengamankan kontrak besar senilai 16,5 miliar dolar AS dari Tesla untuk produksi chipset AI6.
Dilansir dari Gizmochina pada Rabu (19/11/2025), faktor lain yang tidak kalah penting adalah tingkat hasil produksi (yield rate). Samsung menyebut bahwa Exynos 2600 telah mencapai yield sekitar 60 persen, angka yang dinilai cukup stabil untuk memulai produksi massal.
Jika tren ini berlanjut, perusahaan diperkirakan dapat menghemat sekitar 20 hingga 30 dolar AS per unit dibandingkan penggunaan Snapdragon. Efisiensi ini dapat berdampak besar pada penurunan biaya produksi (Bill of Materials) khususnya untuk model yang dipasarkan di Eropa.
Baca Juga: HyperOS 3.1 Bakal Hadir Desember: Ini Bocoran Fitur dan Peningkatannya
Meski begitu, skeptisisme masih mengiringi kehadiran Exynos 2600. Sejarah panjang Exynos menunjukkan bahwa performa yang tampak impresif di atas kertas tidak selalu sejalan dengan pengalaman pengguna sehari-hari.
Tantangan terbesar ada pada desain arsitektur CPU: sementara Qualcomm dan Apple mengembangkan core CPU yang sangat dikustomisasi, Samsung masih mengandalkan desain standar ARM Lumex, yang sering kali kalah dalam optimasi real-world performance.
Dengan semakin dekatnya jadwal peluncuran Galaxy S26, status teknologi 2nm Samsung berada di titik krusial. Banyak yang bertanya-tanya apakah peningkatan awal ini benar-benar akan menjadi momen kebangkitan Exynos atau hanya pengulangan pengalaman sebelumnya bagi konsumen Eropa.
Samsung tampaknya yakin bahwa langkah kecil namun konsisten sudah berada di jalur yang benar, tetapi apakah pengguna akan merasakan hal yang sama masih menjadi tanda tanya besar.