Hitekno.com - Membagikan ulang atau me-retweet merupakan salah satu hal yang biasa dan mudah dilakukan pengguna media sosial Twitter. Namun masalahnya terkadang banyak informasi yang dibagikan ulang ternyata merupakan informasi hoaks.
Hal ini lantas menyebabkan spekulasi, rumor, hingga membuat banyak orang resah karena berita hoaks ini.
Baca Juga
Paxel Raup Pendanaan Series C Senilai Rp 345 Miliar
BRIN Perkuat Riset Pangan, Energi dan Kesehatan
Daftar 10 Aplikasi Pembentuk Generasi di Indonesia Menurut Google Play
Awas, Suhu Perkotaan Indonesia Akan Naik 3 Derajat Celcius di Akhir Abad 21
Realme C33 Siap Jadi Murah Anyar, Konfigurasi Memorinya Terungkap
Dilansir dari laman The Verge, Twitter berharap dapat berperan dalam menerangi informasi yang salah menjelang pemilu.
Salah satu hal yang mereka rencanakan adalah menempatkan beberapa pembatasan untuk fiitur retweet yang ada di Twitter.

Menurut Twitter, setiap kali pengguna mencoba me-retweet sebuah posting mereka didorong untuk menambahkan komentar untuk memberikan konteks lebih banyak pada posting tersebut daripada hanya me-retweet secara membabi buta.
Perusahaan Twitter mencatat ''Meskipun ini menambah beberapa gesekan ekstra bagi mereka yang hanya ingin me-Retweet, kami berharap ini akann mendorong semua orang untuk tidak hanya mempertimbangkan mengapa mereka memperkuat Tweet, tetapi juga meningkatkan kemungkinan orang menambahkan pemikiran, reaksi dan perspektif percakapan.''
Hal ini adalah tindakan sementara yang akan mereka lakukan mulai tanggal 20 Oktober hingga akhir pemilihan, tetapi siapa bilang itu tidak akan menjadi fitur permanen.
Platform seperti WhatsApp memperkenalakn fitur serupa di mana mereka membatasi berapa kali pesan dapat diteruskan untuk membantu mencegah penyebaran informasi yang salah, namun sejauh ini nampaknya terbilang sukses sehingga mungkin saja Twitter tertarik untuk menjadikannya fitur andalan.