Jelang Pilpres 2019, BSSN Deteksi Peningkatan Serangan Siber

Terkait pemilu 2019, BSSN memprdiksi tiga hal ini yang akan terjadi.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 14 Desember 2018 | 06:00 WIB
Ilustrasi serangan siber. (Bleeping Computer)

Ilustrasi serangan siber. (Bleeping Computer)

Hitekno.com - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi mengungkap terjadinya peningkatan serangan siber akhir-akhri ini. Peningkatan serangan siber ini harus diantisipasi menjelang pelaksanaan pemilihan presiden 2019 (Pilpres 2019) mendatang.

''Dari Januari hingga Oktober 2018, BSSN mendeteksi 207,9 juta serangan trojan dan 36 juta aktivitas malware yang paling banyak menyerang domain ac.id, co.id dan go.id,'' kata Djoko di Jakarta, Rabu (12/12/2018).

Sebelumnya, BSSN melaporkan telah terjadi 143,6 juta serangan siber sepanjang Januari hingga Juni 2018. Kini jumlahnya terus meningkat. Menurut dia, dalam 10 bulan terakhir serangan siber terus meningkat.

Ilustrasi peretas. (Pixabay)
Ilustrasi peretas. (Pixabay)

Berbicara dalam seminar bertajuk ''Mewujudkan Ruang Siber yang Kondusif dalam Rangka Mendukung Penyelenggaraan Pileg dan Pilpres Tahun 2019'', Djoko membeberkan terdapat 2.363 pengaduan publik dengan persentase 61 persen berupa fraud.

Dalam acara yang sama Direktur Deteksi Ancaman BSSN, Sulistyo menjelaskan bahwa BSSN memprakirakan ada tiga pola serangan siber yang berpotensi mengganggu jalannya Pilpres 2019.

''Berkaitan dengan proses pemilu 2019, ada tiga hal yang akan terjadi menurut prediksi BSSN, yaitu hack, leak, dan amplify,'' kata Sulistyo.

Ilustrasi wanita mengakses internet dengan laptop. (Pakutaso)
Ilustrasi wanita mengakses internet dengan laptop. (Pakutaso)

Hack, jelas Sulistyo, merupakan upaya proses peretasan terhadap infrastruktur IT, termasuk milik penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu, salah satunya saat penghitungan suara.

Sementara leak merupakan upaya untuk membocorkan informasi dari penyelenggara pemilu maupun antarsesama peserta pemilu. Sedangkan, amplify adalah memviralkan sejumlah data pribadi salah satu peserta pemilu.

''Amplify berhubungan dengan informasi pribadi milik pesaing atau kompetitor, lalu diviralkan dan menjadi kampanye hitam atau black campaign,'' beber Sulistyo.

Tulisan ini sudah dimuat di Suara.com dengan judul BSSN: Serangan Siber Meningkat Jelang Pilpres 2019.

Baca Juga: Menteri Keamanan Siber Jepang Tak Pernah Memakai Komputer

×
Zoomed
Berita Terkait Berita Terkini

Paradoks AI: Di balik janji canggih ChatGPT dan Gemini, ada 'tagihan air' raksasa yang memperparah krisis global. Simak ...

internet | 08:59 WIB

Lembaga ANRI digugat karena dinilai gagal karena tidak memiliki salinan ijazah Jokowi....

internet | 08:45 WIB

Waspada! Euforia film 'Demon Slayer: Infinity Castle' dimanfaatkan penjahat siber. Kaspersky ungkap situs nonton gratis ...

internet | 08:43 WIB

Beberapa alat yang bisa digunakan untuk menghapus latar belakang foto....

internet | 08:00 WIB

WhatsApp telah berevolusi. Lebih dari sekadar aplikasi chat, integrasi Meta AI kini mengubahnya menjadi asisten pribadi,...

internet | 23:32 WIB