Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Sekarang, Ini Penjelasan BMKG

BMKG menyampaikan bahwa penyebab pertama suhu panas di Indonesia sebagai berikut ini.

Agung Pratnyawan
Kamis, 27 April 2023 | 13:48 WIB
Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Hitekno.com - Apakah kamu merasakah suhu panas belakangan hari ini? Ternyata memang sedang ada kenaikan suhu panas di Indonesia. Namun apa penyebab cuaca panas di Indonesia seperti sekarang ini?

Dilaporkan Suara.com, Indonesia telah mengalami suhu panas selama beberapa hari terakhir, di mana suhu panas atau cuaca panas tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. 

Beberapa penyebab cuaca panas di Indonesia saat ini dijelaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menurut BMKG, setidaknya ada lima hal yang menjadi penyebab cuaca panas di Indonesia.

Baca Juga: Terus Meningkat Bulan, Ini Penyebab Suhu Panas di Indonesia

Melalui akun Instagramnya, BMKG menyampaikan bahwa penyebab pertama suhu panas di Indonesia sebagai berikut:

  1. Penyebab cuaca panas di Indonesia yang pertama adalah dinamika atmosfer yang tidak biasa.
  2. Selain itu, saat ini juga sedang terjadi gelombang panas di wilayah Asia.
  3. Penyebab ketiga adalah adanya tren pemanasan global dan perubahan iklim: gelombang panas 'heatwave' semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.
  4. Lalu penyebab yang keempat adalah dominasi monsun Australia: Indonesia memasuki musim kemarau.
  5. Dan penyebab kelima adalah intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan. Suhu di Indonesia tercatat paling panas, yaitu mencapai angka 37,2 derajat Celsius, terjadi di Tangerang Selatan (Tangsel).

Kendati mengalami suhu panas, BMKG menegaskan bahwa suhu panas yang terjadi di Indonesia bukanlah gelombang panas, di mana hal itu diungkapkan melalui akun Instagram resmi @infobmkg.

"Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan juga tergolong panas", tulis BMKG pada Minggu (23/4/2023).

Baca Juga: Menurut Ilmuwan, Suhu Panas di Indonesia Tak Separah India

Kira-kira, apa alasan BMKG menyebutkan Indonesia tidak mengalami gelombang panas? Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas seperti negara-negara Asia lainnya. Suhu panas di Indonesia disebabkan oleh gerak semu Matahari, siklus yang terjadi setiap tahun.

Diketahui, gelombang panas yang dikaitkan dengan suhu panas di Indonesia telah dialami juga oleh sejumlah negara selama beberapa hari ke belakang. Gelombang panas sudah melanda China, Bangladesh, Laos, Myanmar, India, termasuk juga Thailand.

Suatu wilayah dapat dikategorikan mengalami gelombang panas, setidaknya ada 2 kriteria yang digunakan, yaitu karakteristik fenomena dan indikator statistik suhu kejadian. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:

Baca Juga: Penjelasan Ilmuwan soal Suhu Panas Terik di Indonesia

  • Karakteristik fenomena: gelombang panas biasanya terjadi di wilayah yang berada di lintang tengah dan tinggi, baik di belahan Bumi bagian Utara maupun Selatan. Selain itu, gelombang panas juga terjadi di wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar atau wilayah kontinental atau subkontinental. Sementara Indonesia di terletak di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan luas.
  • Indikator statistik suhu kejadian, yaitu gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas tidak biasa di mana fenomena tersebut setidaknya berlangsung selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut. Tidak hanya itu saja, fenomena cuaca juga digunakan sebagai kriteria untuk menilai apakah gelombang panas sudah terjadi. Dalam hal ini, suatu wilayah harus mencatat suhu maksimum harian hingga melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat Celsius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

Itulah penyebab cuaca panas di Indonesia belakangan ini menurut penjelasan BMKG. (Suara.com/ Rishna Maulina Pratama)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak