Dampak Fenomena Aphelion Tak Signifikan ke Bumi

Suhu dingin belakangan bukan dari fenomena aphelion.

Agung Pratnyawan
Rabu, 07 Juli 2021 | 07:30 WIB
Ilustrasi matahari. (pixabay/Imaresz)

Ilustrasi matahari. (pixabay/Imaresz)

Hitekno.com - Badan Meteriologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kalau fenomena aphelion ini tidak berdampak signifikan pada Bumi. Termasuk bukan penyebab suhu udara dingin belakangan.

Menurut BMKG, fenomena aphelion merupakan fenomena astronomi dimana posisi bumi berada pada titik terjauh dengan Matahari.

"Hal ini disebabkan karena orbit bumi tidaklah sepenuhnya melingkar sempurna, tetapi berbentuk elips. Dimana jarak bumi dan matahari bervariasi sekitar 3 persen sepanjang tahun," ujar Pengamat Meteorologi dan Geofisika, Ahli BBMKG Wilayah IV Makassar, Kaharuddin, Selasa (6/7/2021).

Baca Juga: Apa Itu Aphelion dan Dampaknya pada Bumi Hari Ini?

Dia menjelaskan, setiap tahunnya bumi akan menyelesaikan satu gerak revolusinya dalam mengeliling matahari, karena lintasannya yang berbentuk elips (1/60) maka bumi akan berada pada jarak terdekat (Perihelion) dan terjauh (Aphelion) dari matahari.

Pada tahun 2021 ini, kata dia, jarak terdekat bumi ke matahari terjadi pada tanggal 02 Januari 2021 yakni 147.093.163 kilometer. Dan jarak terjauh bumi ke matahari akan terjadi pada tanggal 06 Juli 2021 pukul 06.27 Wita yakni pada jarak 152.100.527 kilometer.

"Pada saat itu bumi akan menyelesaikan separuh perjalanannya dalam mengelilingi matahari," kata Kaharuddin seperti dilansir dari Suara.com.

Baca Juga: Matahari Berada di Titik Terjauh dari Bumi Hari Ini, Apa Dampaknya?

Pada keadaan aphelion, matahari akan tampak lebih kecil di langit dibanding waktu lainnya dalam setahun, dan saat yang bersamaan bumi akan menerima radiasi paling sedikit dari Matahari.

"Fenomena aphelion tidak berdampak signifikan terhadap bumi, ini merupakan hal yang biasa terjadi saat musim kemarau seperti sekarang ini," ucapnya menjelaskan.

Dingin bukan karena aphelion

Baca Juga: Kenapa Jakarta Dingin Selama Juni 2021? Ini Penjelasan LAPAN

Fenomena Aphelion. (LAPAN)
Fenomena Aphelion. (LAPAN)

Sebelumnya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan bahwa aphelion tahun 2021 terjadi pada 6 Juli, tepatnya pada pukul 05.27 WIB pagi dini hari tadi. Ketika itu jarak matahari dari Bumi sekitar 152.100.527 km.

Meski demikian, imbuh Lapan, secara umum, tidak ada dampak yang signifikan pada Bumi. Termasuk suhu dingin yang dirasakan akhir-akhir ini, juga bukan karena Matahari dan Bumi sedang berjauhan.

"Suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini dan nanti sampai dengan Agustus merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau," jelas LAPAN.

Baca Juga: Ada Aktivitas Lempeng Tektonik, Venus Semakin Mirip Bumi?

Pagi pada musim kemarau lebih dingin karena tutupan awan di langit lebih sedikit. Alhasil, panas yang diserap Bumi pada siang hari dan dilepaskan pada malam hari tidak dipantulkan kembali oleh awan ke permukaan Bumi.

Selain itu, hembusan angin dari Bumi bagian selatan yang sedang mengalami musim dingin juga berpengaruh. Saat ini, jelas Lapan, angin bertiup dari selatan ke utara karena tekanan udara di utara lebih rendah dibanding selatan.

Angin bertiup dari arah Australia yang sedang mengalami musim dingin. Dampak yang ditimbulkan, tambah LAPAN, adalah penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di Selatan khatulistiwa.

Itulah penjelasan BMKG dan LAPAN terkait fenomena aphelion yang dampaknya tidak signifikan bagi Bumi. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak