Badai Luar Angkasa Pertama Kali Terdeteksi di Kutub Utara

Para ahli mengatakan bahwa plasma yang tampak seperti topan atau badai terdeteksi di atas daerah kutub Bumi.

Dinar Surya Oktarini
Jum'at, 05 Maret 2021 | 16:30 WIB
Ilustrasi badai. (Unsplash/NASA)

Ilustrasi badai. (Unsplash/NASA)

Hitekno.com - Penemuan fenomena cuaca antariksa jenis baru dilaporkan tim ilmuwan internasional. Badai terdeteksi di atmosfer bagian atas Bumi untuk pertama kalinya.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications, para ahli mengatakan bahwa plasma yang tampak seperti topan atau badai terdeteksi di atas daerah kutub Bumi.

Badai adalah ciri umum di planet-planet tata surya. Saat partikel naik atau turun, zona bertekanan rendah dapat terbentuk dan badai muncul di sekitarnya.

Baca Juga: Sepatu PNS Saat Apel Pagi Bikin Geger, Netizen: Habis Nginep Mana Tuh?

Badai tropis di atmosfer bawah Bumi terjadi dengan cara seperti itu. Para ahli mengungkap ternyata partikel bermuatan listrik di ionosfer dapat berperilaku dengan cara yang sama.

Dalam penelitian baru, para peneliti menganalisis ulang data dari Agustus 2014. Analisis baru menunjukkan keberadaan struktur plasma yang berputar-putar sepanjang 1.000 kilometer, terletak ratusan kilometer di atas Kutub Utara.

Badai luar angkasa mempercepat elektron turun menuju Bumi, meningkatkan cahaya utara di wilayah tersebut, yang juga berbentuk siklon.

Baca Juga: Jadwal Hari 1 MPL Season 7 Week 2, Pertaruhan Alter Ego di Puncak Klasemen

Proses terjadinya badai luar angkasa terdeteksi di Kutub utara. [Nature Communication]
Proses terjadinya badai luar angkasa terdeteksi di Kutub utara. [Nature Communication]

Plasma yang terlihat seperti aurora aneh tersebut terjadi pada 20 Agustus 2014 dan berlangsung sekitar delapan jam.

Peristiwa itu terjadi selama periode kondisi geomagnetik yang sangat tenang dan lebih dekat ke Kutub Utara magnet.

"Sampai penelitian ini dibuktikan, kami bahkan tidak tahu bahwa badai plasma luar angkasa ada. Jadi membuktikan ini dengan pengamatan yang mencolok itu luar biasa," kata Profesor Mike Lockwood, ilmuwan luar angkasa di University of Reading, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (5/3/2021).

Baca Juga: Diminta Temukan Kejanggalan di Foto Pria Makan Mie Ayam, Netizen: Apa Sih?

Data dari beberapa satelit serta simulasi menunjukkan bahwa periode tenang di sekitar magnetosfer Bumi kemungkinan besar akan menyebabkan peristiwa ini.

Ketika garis medan magnet Bumi tidak terganggu, itu membuat struktur saluran tepat di atas kutub magnet, menyalurkan partikel listrik dari angin Matahari langsung ke atmosfer atas dan tengah.

Ini adalah wawasan yang penting karena jaringan telekomunikasi manusia dipengaruhi oleh cuaca luar angkasa dalam dua cara.

Baca Juga: Diterjang Banyak Badai, Ilmuwan Kehabisan Stok Nama

Peristiwa seperti badai Matahari besar dapat mengganggu satelit dan sejenisnya. Di lain skala, terdapat fluks partikel yang terus-menerus memancar dari Matahari yang perlahan tapi pasti mengikis teknologi di luar angkasa.

Proses terjadinya badai luar angkasa terdeteksi di Kutub utara. [Nature Communication]
Proses terjadinya badai luar angkasa terdeteksi di Kutub utara. [Nature Communication]

Temuan ini menandakan bahwa manusia tidak boleh meremehkan cuaca luar angkasa, bahkan selama periode yang lebih tenang.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak