Dilihat dari Satelit NASA, Danau Lava Ini Berubah Menjadi "Danau Air"

Ada kemungkinan letusan gunung berapi ini lebih eksplosif setelah adanya danau air di atasnya.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 13 Mei 2020 | 07:30 WIB
Kawah pada kilauea justru berubah menjadi danau air. (NASA Earth Observatory)

Kawah pada kilauea justru berubah menjadi danau air. (NASA Earth Observatory)

Hitekno.com - Pada awal Mei 2020, satelit NASA merekam perubahan yang cukup dramatis mengenai danau lava yang kini justru menjadi "danau air". Gambar satelit memperlihatkan bahwa bekas reruntuhan danau lava di gunung berapi Kilauea Hawaii justru berubah menjadi danau air baru yang sangat besar.

Danau baru terbentuk sebagai hasil dari kaldera, kawah yang disebut Halema'uma'u, yang runtuh di puncak Kilauea.

Sekarang setelah kawahnya terisi air, terdapat dua kemungkinan yaitu air yang mengalir melalui celah tanah (letusan biasa) atau kemungkinan bahwa itu dapat menyebabkan letusan yang lebih eksplosif di masa depan.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Bukti Populasi Manusia Bertahan dari Letusan Gunung Toba

Kilauea adalah gunung berapi setinggi 4091 kaki atau 1247 meter yang meletus dari tahun 1983 hingga 2018.

Sejak tahun 2010 hingga seterusnya, Halema'uma'u dipenuhi dengan lava, sehingga menciptakan danau lava.

Penampakan kaldera pada gunung berapi Kilauea di Hawaii. (YouTube/ USGS)
Penampakan kaldera pada gunung berapi Kilauea di Hawaii di tahun 2018. (YouTube/ USGS)

Tetapi pada tahun 2018, terdapat gelombang aktivitas tinggi selama satu bulan di Kilauea yang memicu letusan destruktif.

Baca Juga: Pecahan Gunung Es Terbesar di Dunia Mulai Mencair, Tanda Pemanasan Global?

Letusan itu menghempaskan hampir satu kilometer kubik lava yang mengalir melalui daerah-daerah sekitar Hawaii hingga ke laut.

Dikutip dari Gizmodo, peristiwa tersebut merupakan letusan terbesar Kilauea dalam dua abad terakhir.

Bersamaan dengan letusan itu, datanglah reruntuhan dramatis dari permukaan Halema'uma’u, meninggalkan lubang sedalam lebih dari 1.500 kaki atau 457 meter saat lava habis.

Baca Juga: Menakjubkan, NASA Ungkap Penampakan Erupsi Gunung Anak Krakatau

Pemandangan kawah kemudian berubah drastis menjadi jauh lebih dalam dan diapit oleh tebing yang tinggi.

Danau lava pada gunung berapi di Hawaii dipenuhi dengan air. (NASA Earth Observatory)
Danau lava pada gunung berapi di Hawaii dipenuhi dengan air. (NASA Earth Observatory)

Kisah Halema'uma tidak berakhir di sana, air mulai berkumpul di dasar kawah setahun kemudian.

Awal Mei ini, kita bisa melihat sebuah danau dengan dalam 100 kaki atau 30 meter terekam pada kawah tersebut.

Baca Juga: Ahli Vulkanologi UGM Peringatkan Potensi Letusan Gunung Slamet

Dalam press release yang dikeluarkan oleh NASA Earth Observatory, kita bisa melihat perubahan dramatis kawah yang penuh bekas lava pada tahun 2018 menjadi danau air di tahun 2020.

Pada dasarnya, sekarang kawah telah berada jauh di bawah permukaan air, atau batas atas di mana air tanah memenuhi Bumi.

Gunung berapi ini biasanya meletus secara eksplosif. Jika air larut ke dalam magma, itu bisa menyebabkan penumpukan uap, peningkatan tekanan, dan mungkin pelepasan lava yang lebih dramatis dan berpotensi berbahaya.

"Salah satu faktor kunci yang mengendalikan letusan gunung berapi adalah berapa banyak air dan gas lain yang terperangkap di dalam magma. Jika magma memiliki banyak gas dan uap terlarut, tekanan dapat terbentuk dan letusan eksplosif dapat terjadi. Jika tidak, lava cenderung mengalir dengan lembut dari celah di tanah," kata Don Swanson, seorang ahli vulkanologi di Hawaiian Volcano Observatory.

Namun kemungkinan lainnya adalah letusan bisa terjadi secara perlahan dan air bisa langsung menguap.

Gunung berapi Kilauea mempunyai catatan sejarah berupa letusan eksplosif selama 2.500 tahun terakhir.

Sebelum tahun 1720, para peneliti meyakini bahwa gunung Kilauea mempunya karakter yang meledak-ledak.

Sementara selama abad ke-19 dan ke-20, aliran lava yang ada cenderung lebih tenang.

Ahli vulkanologi akan terus mempelajari gunung berapi Kilauea untuk memahami seperti apa letusannya di masa depan, terutama setelah terbentuknya danau air di bekas reruntuhan danau lava sebelumnya.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak