Tips Mencegah Peretasan Sniffing Melalui File APK, Jangan Jadi Korban

Dalam kasusSniffingyang marak, pelaku menggunakan moduspenipuan file APK yang telah disisipi malware.

Agung Pratnyawan
Kamis, 02 Maret 2023 | 14:52 WIB
Ilustrasi aplikasi. (.ist)

Ilustrasi aplikasi. (.ist)

Hitekno.com - Kasus peretasan sniffing melalui file APK tengah melonjak dan telah banyak yang menjadi korban. Namun kamu ada yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menghindari jadi korban peretasan sniffing melalui file APK ini.

Namun ketahui dulu apa itu peretasan sniffing melalui file APK seperti yang dilaporkan ITSEC Asia dalam keterangan resminya.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat turut mendorong ancaman-ancaman siber dalam berevolusi menjadi lebih beragam dan tentunya lebih berbahaya.

Baca Juga: Pengguna YouTube dan Facebook Wajib Waspada Serangan Malware Ini

Salah satu kasus yang baru-baru ini ramai diperbincangkan adalah penipuan online melalui file APK (Android Package) yang telah dimodifikasi dengan malware di dalamnya, dan disebarkan oleh pelaku kejahatan melalui pesan Whatsapp untuk mencuri data dan uang para korban.

Dalam dunia Cybersecurity, beberapa modus seperti Sniffing dan Phishing memang sering dimanfaatkan peretas dalam melancarkan aksi mereka seperti dalam kasus - kasus serupa. 

Sniffing sendiri merupakan proses pemantauan dan peretasan data sensitif seperti kredensial, password, dan PIN melalui lalu lintas jaringan internet.

Baca Juga: Ditemukan Malware Berbahaya, Serang Akun YouTube dan Facebook

Sedangkan Phishing biasanya dilancarkan menggunakan email atau situs web yang dipalsukan agar terlihat asli untuk menarik korban yang tidak curiga untuk memberikan kredensial login atau informasi sensitif mereka ke dalam situs tersebut.

Dalam kasus Sniffing yang marak terjadi belakangan ini, pelaku menggunakan modus penipuan APK yang bervariasi seperti undangan pernikahan, pengecekan resi pengiriman paket, informasi perbankan, foto barang yang dibeli secara online, pengecekan data BPJS atau asuransi, dan berbagai modus yang menyamarkan diri sebagai pihak resmi.

Menurut Divisi Humas Polri, kerugian dalam kasus Sniffing berkedok APK ditaksir mencapai 12 miliar dengan korban sebanyak 483 orang.

Baca Juga: Beredar Aplikasi ChatGPT Palsu, Berisi Malware Berbahaya

Pakar keamanan siber dan Presiden Direktur ITSEC Asia, Andri Hutama Putra, menanggapi bahwa kita harus jeli, hati-hati dan paham mengenai kerentanan serangan dalam dunia digital.

"Berkaca pada kasus yang baru-baru ini terjadi, kita tahu bahwa pelaku peretasan melancarkan aksi mereka dengan menggunakan sistem APK. Padahal, hal tersebut bisa kita cegah apabila kita memiliki kesadaran akan keamanan data pribadi yang baik. Salah satunya adalah dengan berhati-hati ketika mengakses jaringan internet publik, tidak mengunduh file atau aplikasi secara sembarangan dari orang yang tidak kita kenal, atau dari sumber yang tidak terpercaya", ungkap Andri.

Lebih lanjut Andri menjelaskan bahwa nama file dengan ekstensi .APK pada sistem operasi Android Google atau .IPA pada sistem operasi iOS Apple merupakan software yang digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi pada masing-masing sistem operasi tersebut.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Malware, Android 14 akan Blokir Penginstalan Aplikasi Usang

Perangkat lunak aplikasi .APK atau .IPA ini dapat dimodifikasi oleh pelaku-pelaku kejahatan dengan memasukkan virus atau malware yang dapat meretas perangkat. Malware yang menyusup inilah yang dapat secara ilegal mengambil data-data yang tersimpan dalam perangkat ataupun menyalahgunakan data yang kita masukkan seperti username, password, nomor PIN, kode OTP, atau informasi pribadi lainnya.

"Kita harus tetap waspada dan jangan sembarang mengunduh file aplikasi baik dengan ekstensi .APK ataupun .IPA karena dapat dengan mudah disusupi malware yang dapat meretas data pribadi kita. "Pastikan mengunduh aplikasi hanya dari tempat resmi seperti Google Play Store atau iOS App Store, dan juga cek ulang rating dan review dari aplikasi yang akan kita unduh. Jika ada pesan mencurigakan, jangan asal unduh dokumen APK atau klik tautan yang diminta karena mengklik tautan berbahaya berpotensi secara otomatis tersusupi oleh virus malware, usahakan selalu verifikasi identitas pengirim. Kita harus sangat berhati-hati dalam hal melindungi HP atau perangkat kita karena banyak sekali informasi-informasi pribadi yang dapat disalahgunakan," terang Andri.

Selain mengenali dan mewaspadai pesan Sniffing, ada beberapa tips yang perlu diketahui juga dalam melindungi perangkat kita dari peretasan. Berikut ini di antaranya:

  • Mulai dari menggunakan jaringan internet yang aman ketika beraktivitas dalam dunia digital,
  • Mengaktifkan mode verifikasi dua langkah atau 2FA ketika meng-install aplikasi,
  • Memasang antivirus dan jangan lupa update sistem operasi dan aplikasi secara berkala untuk melindungi perangkat dari malware,
  • Menghapus aplikasi yang tidak terpakai karena kode program dalam sistem aplikasi yang jarang mendapatkan security update berisiko untuk dieksploitasi oleh peretas.

"Seperti halnya mewaspadai kejahatan umum, masyarakat juga sudah perlu paham dan waspada terhadap berbagai modus kejahatan online Sniffing dan Phishing yang marak, agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang. ITSEC Asia juga mengajak seluruh stakeholder untuk mendorong pemahaman masyarakat mengenai keamanan siber sehingga digitalisasi dapat terus mendorong dunia usaha dan kegiatan sosial namun masyarakat juga tetap terlindung dari potensi-potensi kejahatan siber yang ada," tutup Andri.

Berita Terkait
TERKINI

Seminar di UI memfokuskan pada perkembangan terkini dalam ilmu data, komputasi super, AI generatif, dan etika AI....

internet | 21:26 WIB

Dalam acara ini, peserta bertukar pendapat mengenai tren saat ini dan prospek masa depan AI dalam pendidikan....

internet | 16:31 WIB

Aplikasi Merchant BCA ini didesain sebagai solusi untuk memberdayakan bisnis dari berbagai skala....

internet | 09:36 WIB

Keberadaan CCTV selama ini nyatanya tak cukup mencegah aksi kejahatan....

internet | 12:24 WIB

Berdasarkan feedback pengguna, Samsung akan menyediakan opsi dan pengalaman yang semakin ditingkatkan melalui SamsungGal...

internet | 20:46 WIB

Nuon Digital Indonesia menjajakibisnis baru dan melakukan inovasi pada produk-produk andalannya....

internet | 17:48 WIB

Perubahan nama ini merupakan langkah strategis Google untuk menggabungkan chatbot Bard dan layanan AI lainnya di bawah s...

internet | 18:15 WIB

Program AI TEACH for Indonesia merupakan program pengembangan kapasitas yang bertujuan untuk mengembangkan lanskap pendi...

internet | 17:14 WIB

Pinhome mengumumkan kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam pengadaan proteksi keselamatan kerja bagi seluruh Rekan...

internet | 09:56 WIB

Didukung Kominfo dan universitas-universitas setempat, kampanye ini bertujuan mengeksplorasi lanskap AI dan mendiskusika...

internet | 11:44 WIB

Di 14 kota, ribuan driver Grab bersama keluarga nonton bareng film Srimulat: Hidup Memang Komedi...

internet | 08:56 WIB

Mengakses konten Premier League melalui situs web atau perangkat streaming tidak resmi akan membuat diri mereka rentan t...

internet | 08:46 WIB

Dell Technologies menyoroti tren-tren baru yang akan membentuk industri teknologi pada tahun 2024 dan di masa depan....

internet | 12:06 WIB

Meningkatkan sistem keamanan menjadi langkah yang baik, tetapi upaya tersebut hanya menjangkau permukaan penyalahgunaan ...

internet | 07:24 WIB

Di tengah tingginya frekuensi insiden keamanan siber di Indonesia, hanya 53 persen yang siap untuk mencegah insiden ters...

internet | 07:25 WIB

Berikut adalah beberapa kata kunci yang perlu kita pahami, agar kita dapat lebih mengenali istilah AI....

internet | 09:45 WIB

Nokia Bell Labs mendemonstrasikan teknologi proof-of-concept ini untuk pertama kalinya....

internet | 08:53 WIB
Tampilkan lebih banyak