Anaknya Mati Karena Tambang, Keluarga Ini Tuntut Apple dkk

Baterai lithium-ion yang dibuat dari kobalt diklaim telah memakan nyawa anak-anak di Kongo.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Rabu, 18 Desember 2019 | 15:47 WIB
Banyak anak-anak di Kongo yang bekerja di tambang kobalt. (International Rights Advocates)

Banyak anak-anak di Kongo yang bekerja di tambang kobalt. (International Rights Advocates)

Hitekno.com - Para raksasa teknologi segera menghadapi tuntutan serius setelah dituduh dan diduga "ikut berkontribusi" atas kasus kematian anak yang bekerja di tambang kobalt. Tak tanggung-tanggung, firma hukum internasional menuntut beberapa raksasa teknologi termasuk Apple, Microsoft, Dell, Alphabet dan Tesla.

Mereka mengatasnamakan keluarga yang kehilangan anak-anaknya karena bekerja di tambang kobalt.

Beberapa keluarga juga mengklaim bahwa anak-anak mereka mengalami kecacatan setelah bekerja di tambang kobalt.

Baca Juga: Bertenaga Matahari, JBL Klaim Headphone Terbarunya Tahan Lama

Sebagai referensi, kobalt sangat penting untuk membuat baterai lithium-ion yang dapat diisi ulang.

Baterai lithium-ion banyak digunakan di banyak perangkat seperti smartphone, speaker, perangkat elektronik portabel hingga industri militer serta kendaraan listrik.

Lima raksasa teknologi ini dituntut atas tuduhan kematian anak di tambang kobalt Kongo. (YouTube/ TRT)
Lima raksasa teknologi ini dituntut atas tuduhan kematian anak di tambang kobalt Kongo. (YouTube/ TRT)

Pasokan logam dunia terutama kobalt dimulai dari Republik Demokratik Kongo (RDK).

Baca Juga: Dikenal Sebagai Bapak Teknologi Indonesia, Ini Deretan Karya BJ Habibie

Negara miskin yang terletak di Afrika bagian tengah tersebut diketahui mengekspor lebih dari 60 persen kobalt dunia.

Banyak laporan yang menyatakan bahwa Kongo tidak memiliki pengawasan ketat sehingga mengizinkan pekerja anak untuk menambang logam.

Seorang anak yang cacat karena bekerja di tambang kobalt. (International Rights Advocates)
Seorang anak yang cacat karena bekerja di tambang kobalt. (International Rights Advocates)

Dalam situs resminya, firma International Rights Advocates (IRA) mengunggah dokumen tuntutan mereka kepada 5 raksasa teknologi.

Baca Juga: 500 Perusahaan Terkaya di Dunia, Apple Memimpin di Sektor Teknologi

Pada hari Minggu (15/12/2019) mereka sudah melengkapi semua dokumen dan bersiap menuntut Apple, Microsoft, Dell, Alphabet, dan Tesla di pengadilan Washington DC.

International Rights Advocates mengatasnamakan 14 orang tua di mana anak-anak mereka menjadi korban atas tambang kobalt di Kongo.

Seorang anak yang cedera karena bekerja di tambang kobalt. (International Rights Advocates)
Seorang anak yang cedera karena bekerja di tambang kobalt. (International Rights Advocates)

Mereka menuduh bahwa kelima raksasa teknologi tersebut tahu kobalt yang mereka gunakan namun tidak melakukan apa-apa.

Baca Juga: Berkunjung ke Apple Park, Markas Teknologi Paling Megah di Dunia

"Anak-anak yang menambang kobalt tidak hanya dipaksa bekerja penuh waktu, namun mereka juga dihadapkan dengan risiko yang sangat berbahaya. Mereka telah mengorbankan pendidikan dan masa depan mereka. Bahkan anak-anak secara teratur dapat mengalami cacat dan terbunuh oleh runtuhnya terowongan dan bahaya lain pada penambangan kobalt di Kongo," kata IRA dalam tuntutannya.

Dikutip dari Futurism, juru bicara dari Dell dan Apple mengakui bahwa mereka tetap mengawal kasus tersebut.

Mereka mengklaim telah menetapkan standar ketat untuk pemasok sehingga hal di atas kemungkinan tidak ada hubungannya dengan perusahaan mereka.

Namun, jika klaim keluarga yang menuntut raksasa teknologi itu benar dan menang di pengadilan, maka Microsoft, Apple, Dell, Alphabet, dan Tesla bisa mendapatkan hukuman yang serius.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak