Makin Canggih, AI Bisa Mendeteksi Emosi Manusia

Teknologi AI atau kecerdasan buatan ini akan sangat membantu dalam layanan aplikasi di masa depan.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Sabtu, 20 April 2019 | 07:00 WIB
Ilustrasi AI yang bisa mendeteksi emosi manusia. (Affectiva)

Ilustrasi AI yang bisa mendeteksi emosi manusia. (Affectiva)

Hitekno.com - Dari tahun ke tahun, AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan semakin berkembang kemampuannya. Tak hanya bisa mengoptimasi mesin dan software, kini AI juga bisa mendeteksi emosi manusia.

Di masa depan, teknologi ini akan sangat berguna bagi mesin robot untuk mengetahui kepuasan pelanggan melalui pendeteksian emosi.

Misal, apabila muncul sebuah pesan pop-up ''Apakah kamu senang terhadap aplikasi ini?'', biasanya komputer tidak terlalu peduli dengan perasaan kita.

Baca Juga: Astronot Ini Akan Menjadi Wanita Terlama di Luar Angkasa

Mesin hanya memproses data yang masuk melalui pilihan ''ya'' atau ''tidak'' tanpa mengerti perasaan pengguna sebenarnya.

Di masa depan, hal ini tidak akan terjadi karena AI bisa mendeteksi apakah kita kecewa dengan aplikasi atau kita menyukai.

Sebuah startup yang bernama Affectiva sedang berusaha keras mewujudkannya karena presentasi kerja mereka telah lebih dari 50 persen.

Baca Juga: Lagi, Apple Bajak Pakar AI Google untuk Kembangkan Kecerdasan Buatan

Mereka memproleh dana dari investor sebesar 34,3 juta dolar AS atau Rp 480 miliar untuk mengembangkan lebih dalam teknologi tersebut.

Itu seperti menggabungkan antara ilmu psikologi dengan ilmu komputer.

Baca Juga: Teknologi Kecerdasan Buatan Ini Mampu Deteksi Alzheimer dengan Lebih Cepat

Perusahaan sudah berhasil mendeteksi beberapa tekstur wajah yang ditangkat oleh mesin yaitu marah, sedih, kecewa, tersipu, dan beberapa kondisi lainnya.

Mereka akan berusaha mengembangkan teknologi pendeteksian wajah menggunakan kecerdasan buatan sehingga bisa mendeteksi emosi manusia lebih dalam lagi.

Perusahaan pesaing, Neurodata Lab juga mengembangkan teknologi yang sama dengan memanfaatkan gestur mikro pada wajah.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Jadi Pembaca Berita, Perlahan Gantikan Manusia

Mereka mengembangkan sistem pendeteksi emosi berdasarkan dari Facial Action Coding System (FACS).

Sistem tersebut diciptakan oleh Paul Ekman dan Wallace Friesen pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Secara harfiah, sistem itu akan menuliskan kode di mana setiap gerakan kecil wajah dapat digambarkan melalui apa yang disebut ''Unit Aksi''.

Misalnya, kesedihan dapat dilaporkan sebagai 1 + 4 + 15 (pengangkat alis bagian dalam, alis lebih rendah, penekanan sudut bibir).

Sementara kebahagiaan digambarkan sebagai 6 + 12 (pengangkatan pipi + penarikan sudut bibir).

Para peneliti dan pemrogram di Neurodata Lab menerjemahkan tersebut ke dalam sistem AI terbaru mereka sehingga dapat mendeteksi emosi pengguna.

Teknologi AI ketika mendeteksi emosi manusia di dalam mobil. (Affectiva)
Teknologi AI ketika mendeteksi emosi manusia di dalam mobil. (Affectiva)

George Pliev, CEO dari Neurodata Lab mengatakan bahwa jaringan saraf tiruan bisa berkembang pesat di masa depan.

''Dari sudut pandang teknologi, sistem pengenalan emosi yang akurat dimungkinkan dari pengembangan aktif jaringan saraf tiruan melalui program AI," kata George Pliev dikutip dari Digital Trends.

Teknoogi ini kabarnya diminati oleh sebuah produsen mobil ternama yang dirahasiakan namanya.

Nantinya, ketika AI mendeteksi bahwa pipi pengguna merah, ia akan menghidupkan AC secara otomatis.

Sementara ketika raut pengguna kelelahan dan pengemudi terlihat tidak sehat, AI akan menyarankan pengguna untuk menepi dan beristirahat.

Teknologi AI atau kecerdasan buatan yang bisa mendeteksi emosi pengguna diprediksi berkembang pesat dalam 10 tahun ke depan.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak