Keju Tertua di Dunia, Umurnya 3.200 Tahun

Keju ini sangat beracun.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta
Selasa, 21 Agustus 2018 | 18:00 WIB
Ilustrasi keju purba. (UndergroundScience)

Ilustrasi keju purba. (UndergroundScience)

Hitekno.com - Manusia ternyata telah memproduksi dan mengkonsumsi keju ribuan tahun yang lalu. Keju tertua di dunia berhasil ditemukan di sebuah makam kuno di Mesir.

Keju tersebut ternyata berumur 3200 tahun dan terdapat kandungan zat yang berbahaya di dalamnya. Penelitian ini telah diterbitkan di dalam jurnal sains Analytical Chemistry pada jumat (17/08/2018) lalu.

Penulis mengatakan bahwa temuan itu mungkin merupakan sisa arkeologi keju paling purba yang pernah ada di dunia.

Baca Juga: Microsoft Ajak Remaja Putri Bersiap Memasuki Era Indonesia 4.0

Kembali pada abad ke-13 SM, terdapat gumpalan padat berwarna putih yang tersimpan rapi di dalam kendi. Meskipun lebih dari 30 abad terpapar dengan suhu padang pasir yang panas, keju purba tersebut masih menyimpan senyawa atau kandung kimia yang masih asli.

Keju Prasejarah. (Universitas Catania)
Keju Prasejarah. (Universitas Catania)

Adanya senyawa itu membuat para ilmuwan dapat mempelajari asal mula keju purba.

Dilansi dari Gizmodo, Guci berisi keju purba ditemukan di samping makam Ptahmes, walikota Mesir Hilir yang terletak di Memphis. Ptahmes diyakini memerintah Mesir dari tahun 1292 SM hingga 1189 SM.

Baca Juga: Acer Aspire S24, All in One PC dengan Dukungan Intel Optane

Saat kematiannya status Ptahmes termasuk ''orang besar'' sehingga makamnya didesain dengan status imam besar dewa Amun, dewa Mesir pada saat itu.

Tampaknya kekuasaan Ptahmes sangat besar, sehingga perlakuannya setelah meninggal diberi beberapa benda berharga seperti keju ini.

Untuk mempelajari asal mula keju, tim peneliti yang dipimpin oleh Enrico Greco dari University of Catania di Italia harus menyusun cara yang benar-benar baru untuk menganalisa protein.

Baca Juga: Gamescom 2018, Nintendo Ungkap Deretan Game Baru

Hal itu dikarenakan selama 33 abad paparan lingkungan gurun mengubah sifat kimia dari keju purba terutama kandungan lemaknya.

Protein dianalisis secara hati-hati menggunakan spektrometri massa dan kromatografi cair.

Analisis menunjukkan bahwa produk keju diproduksi dengan mencampurkan susu dari kambing, domba, dan anehnya, kerbau Afrika.

Baca Juga: Papa Muda Glenn Alinskie Rilis Game Online untuk Nastusha

Keju Prasejarah. (Universitas Catania)
Keju Prasejarah. (Universitas Catania)

Di Afrika sendiri kerbau Afrika tidak diperah dan disimpan untuk hewan perah atau hewan ternak.

Bagian atas dilapisi kain kanvas yang diprediksi digunakan untuk menutupi keju atau mempertahankan keju agar berbentuk padat.

Para peneliti juga menemukan penanda peptida yang mengandung Brucella Melitensis (bakteri yang menyebabkan brucellosis).

Brucellosis biasanya tidak fatal, tetapi itu buruk bagi kesehatan. Gejala Brucellosis termasuk demam, nyeri otot, pembengkakan testis hingga radang sendi.

Ilmuwan yakin bahwa bakteri itu muncul karena susu tidak dipateurisasi (dipanaskan untuk menghilangkan bakteri)

Penemuan keju purba ini sangat membantu ilmuwan karena membantu memecahkan teka-teki yang ada sebelumnya. Mesir kuno tidak asing lagi dengan brucellosis. Akhirnya ilmuwan tahu bahwa penyakit itu disebabkan melalui perantara keju purba.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak