Mengenal Ring of Fire, Penyebab Gempa Dahsyat di Lombok

Ini penyebab utama Indonesia sering terjadi Gempa.

Dinar Surya Oktarini
Kamis, 09 Agustus 2018 | 16:00 WIB
Indonesia dalam Ring of Fire. (quoracdn.net)

Indonesia dalam Ring of Fire. (quoracdn.net)

Hitekno.com - Indonesia sedang dirundung duka akibat gempa tektonik yang mengguncang wilayah Lombok, Bali dan Sumbawa akhir-akhir ini yang menelan banyak korban jiwa.

Menurut laporan BMKG, gempa utama dengan skala 6,4 skala richter mengguncang wilayah tersebut.

Tidak berhenti disitu saja, dilansir dari Twitter resmi BMKG hingga saat ini Lombok, Sumbawa dan Bali masih merasakan 355 rangkaian gempa susulan dari kecil hingga yang besar.

Baca Juga: Asian Games 2018, Jakabaring Sport City Pakai Teknologi Canggih

Mungkin di antara kalian ingin tahu mengapa Indonesia sering mengalami gempa.

Indonesia sendiri berada di kawasan rentetan gunung berapi yang ada di bumi atau yang lebih dikenal dengan Ring of Fire.

Para ilmuwan mengatakan bahwa kawasan yang ada di dalam kawasan Ring of Fire tersebut sering mendapatkan gempa bumi.

Baca Juga: Negara - Negara Ini Diprediksi Akan Hilang dari Peta Pada 2115

Tetapi tidak hanya Indonesia yang berpotensi gempa, melainkan Amerika dan Chile juga. Berikut HiTekno akan mengungkap fakta mengenai Ring of Fire yang menyebabkan gempa di Indonesia, simak ya.

Panjang Ring of Fire Mencapai 40 ribu km

Indonesia dalam Ring of Fire. (wikimedia.org)
Indonesia dalam Ring of Fire. (wikimedia.org)

Tidak hanya Indonesia saja yang termasuk dalam kawasan Ring of Fire, namun sejumlah negara seperti Amerika, Rusia, Chile, Jepang dan Selandia Baru juga berada di kawasan tersebut.

Baca Juga: Mesin Kiamat Rusia, Mampu Ciptakan Tsunami 100 Meter

Namun, hanya beberapa negara saja yang termasuk dalam lingkaran gunung berapi tersebut, yaitu Jepang, Selandia Baru dan Indonesia.

Terdapat 452 Gunung Berapi dan 90 Persen Gempa Bumi Terjadi di Kawasan Ring of Fire

Indonesia dalam Ring of Fire. (telegraph.co.uk)
Indonesia dalam Ring of Fire. (telegraph.co.uk)

Sebanyak 452 gunung berapi aktif dan pasif yang mencakup 75 persen jumlah gunung berapi di dunia berada di kawasan Ring of Fire.

Baca Juga: Kalahkan Amerika, Biaya Jaringan 5G Cina Capai Rp 346 Triliun

Bahkan pada 2008 gunung berapi Llaima yang ada di Chile meletus dan menyebabkan ribuan orang kehilangan rumah dan dievakuasi.

Sebanyak 90 persen gempa bumi yang pernah terjadi terjadi di kawasan Ring of Fire ini.

Tercatat gempa yang ada di pantai Tohoku, Jepang menjadi yang terbesar, yaitu 9,1 magnitude.

Dikabarkan sekitar 15 ribu orang meninggal akibat bencana gempa bumi ini.

Pelat Pasifik adalah Pelat Tektonik Terbesar

Indonesia dalam Ring of Fire. (groupeditors.com)
Indonesia dalam Ring of Fire. (groupeditors.com)

Pelat Pasifik ini berada di sebelah timur Pulau Papua dan memiliki luas 103 juta kilometer persegi.

Pelat ini masuk dalam kawasan Ring of Fire.

Gunung Berapi Aktif Berada di Bawah Air

Indonesia dalam Ring of Fire. (nbcnews.com)
Indonesia dalam Ring of Fire. (nbcnews.com)

Sebagian gunung berapi aktif yang berada dalam kawasan Ring of Fire berada di dalam air paling dalam.

Salah satunya adalah gunung West Mata yang berada di kedalaman 1.100 meter di bawah air.

Sehingga tidak heran apabila kita merasakan gempa bumi tanpa melihat langsung gunung berapinya.

Tercatat Sebagian Besar Gunung Meletus ada di Kawasan Ring of Fire

Indonesia dalam Ring of Fire. (express.co.uk)
Indonesia dalam Ring of Fire. (express.co.uk)

Dalam kurun waktu 11.700 tahun, 22 dari 25 gunung berapi meletus berapa dalam area Ring of Fire.

Termasuk Gunung berapi Tungurauha yang berada di Ekuador yang sempat meletus pada Agustus 2016 lalu.

Kurun waktu tersebut juga mencatat letusan gunung Krakatau yang dianggap sebagai letusan gunung berapi paling dahsyat yang pernah terjadi sepanjang sejarah.

Sejumlah fakta Ring of Fire di atas mengungkapkan tidak hanya lombok yang berpotensi terkena gempa, namun seluruh wilayah Indonesia juga, jadi tetapi berhati-hati ya.

Berita Terkait

TERKINI

Proyek chip yang dipasang di otak manusia sudah disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat.
sains | 18:58 WIB
Tidak semua orang sering jadi incaran nyamuk, ternyata ini sebabnya.
sains | 14:41 WIB
Gerak semu matahari terdiri dari 2 jenis, yaitu gerak semu harian dan gerak semu tahunan, begini rinciannya.
sains | 19:02 WIB
Studi ini menemukan bahwa semakin tinggi usia smartphone pertama, semakin baik kesehatan mental yang pada orang dewasa muda.
sains | 15:28 WIB
Ada beberapa alasan mengapa China mengadopsi RISC-V. Apa saja?
sains | 13:42 WIB
Indonesia memiliki seabrek peninggalan jaman purba, yang dibuktikan dengan adanya manusia prasejarah. Apa saja jenisnya?
sains | 19:36 WIB
Perbedaan mendasar dalam struktur dan material membuat keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Apa bedanya?
sains | 19:24 WIB
Mata lelah karena HP bisa menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu, simak penjelasannya di sini.
sains | 19:13 WIB
Nyeri otot setelah olahraga bukanlah hal yang berbahaya, simak penjelasannya di sini.
sains | 19:04 WIB
Berikut adalah sederet fakta yang perlu kamu tahu tentang rabies, pencinta binatang pantang lengah.
sains | 18:58 WIB
Samsung membuat kemajuan dalam pengembangan baterai solid state, siap hadir di smartphone dan kendaraan listrik.
sains | 17:08 WIB
Dengan sistem AI baru yang mampu menghasilkan jawaban dan ide yang mirip dengan manusia tanpa pemrograman eksplisit.
sains | 20:22 WIB
Penelitian baru-baru ini telah menunjukkan bahwa planet misterius yang telah lama menjadi perhatian ilmuwan.
sains | 20:05 WIB
Apa saja Himpunan Matematika yang ada, cek penjelasan dan contohnya berikut ini.
sains | 17:59 WIB
Akankah temuan ini bisa menjadi jawaban untuk krisis sampah plastik yang mulai mendera?
sains | 15:43 WIB
Tak cuma berurusan di ranah industri hardware dan software, Microsoft mulai tertarik mengkomersilkan nuklir.
sains | 13:51 WIB
Kebakaran ini menimbulkan puluhan korban jiwa dan belasan korban luka. Begini rinciannya
sains | 14:45 WIB
Bukan nuklir, inilah sederet contoh pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
sains | 19:15 WIB
Tampilkan lebih banyak