Tak Hanya Bumi, Astronom Sebut Ada Tujuh Planet Layak Huni di Tata Surya

Menurut sebuah penelitian baru, batas potensi planet layak huni jauh lebih tinggi, dengan tujuh planet layak huni di sekitar satu sistem bintang.

Agung Pratnyawan
Sabtu, 08 Agustus 2020 | 06:45 WIB
Ilustrasi pemandangan dari Bulan ke Bumi. (Pixabay/ Tumisu)

Ilustrasi pemandangan dari Bulan ke Bumi. (Pixabay/ Tumisu)

Hitekno.com - Pencarian planet layah huni masih jadi perhatian para astronom. Bahkan disebut ada sejumlah planet selain Bumi yang bisa dihuni manusia.

Para ilmuwan percaya bahwa tata surya pasti memiliki satu dunia lain yang mampu mendukung kehidupan, dan para ahli berpendapat bahwa mungkin Planet Mars bisa menopang kehidupan.

Namun, menurut sebuah penelitian baru, batas potensi planet layak huni jauh lebih tinggi, dengan tujuh planet layak huni di sekitar satu sistem bintang.

Baca Juga: Tak Hanya Satu, Ada 7 Planet Terluar yang Diklaim Ilmuwan Layak Huni

Ini berkaitan dengan penemuan tujuh planet berbatu di sekitar katai merah bernama TRAPPIST-1, di mana tiga di antara planet ini memiliki lokasi yang menunjukkan seharusnya dapat menampung air cair--dianggap sebagai penentu utama kehidupan.

"Ini membuat saya bertanya-tanya tentang jumlah maksimum planet layak huni yang mungkin dimiliki sebuah bintang, dan mengapa bintang kita (Matahari) hanya memiliki satu planet layak huni (Bumi). Rasanya ini tidak adil," kata Dr Stephen Kane dari University of California, Riverside, seperti dikutip IFL Science pada Jumat (7/8/2020).

Para ahli mengetahui dari pemodelan dan planet yang sudah berada di sekitar bintang lain, tidak dapat menempatkan planet lain terlalu berdekatan. Jika tidak, maka gravitasi antar planet akan menganggu orbit sama lain.

Baca Juga: Menurut Ilmuwan, Planet Sembilan Bisa Jadi Sebuah Lubang Hitam

Namun, Dr Stephen Kane berpikir itu tidak akan bermasalah bagi Bumi jika Venus sedikit lebih jauh dari Matahari dan Mars sedikit lebih dekat, sehingga ia mulai memodelkan seberapa dekat jarak antar planet yang bisa dicapai sambil mempertahankan jarak sesuai.

Ilustrasi tata surya (Shutterstock).
Ilustrasi tata surya (Shutterstock).

Dalam sistem bintang yang ideal, Dr Stephen Kane menyebut seharusnya ada tujuh planet.

Untuk memiliki zona layak huni yang cukup besar dan bisa memuat tujuh planet dengan jarak aman, sebuah bintang harus berukuran 10-20 persen lebih besar dari Matahari.

Baca Juga: NASA Ingin Kirim Misi ke Venus, Planet yang Ukurannya Serupa dengan Bumi

Matahari dapat memuat enam planet non-interfering di zonanya sehingga membuat Dr Stephen Kane bertanya-tanya mengapa tata surya tidak memiliki lebih banyak planet yang bisa dihuni.

Sebagian besar sistem bintang mungkin tidak mencapai maksimum, tetapi tampaknya umum bagi sistem untuk menempatkan sebanyak mungkin planet ke dalam ruang yang tersedia.

Dr Stephen Kane berpikir tata surya mungkin bisa mendapatkan empat atau lima planet layak huni jika saja Jupiter tidak terlalu masif dan mengganggu orbit lainnya.

Baca Juga: Penampakan Kawah di Planet Mars, Putih Mirip Kolam Marshmallow

Dalam penelitian yang telah diterbitkan di Astronomical Journal, para ilmuwan berharap studi ini mampu menunjukkan bahwa tanpa dunia seperti Jupiter, setidaknya tata surya akan mendapatkan lebih banyak planet dengan lokasi yang sesuai untuk mendukung kehidupan.

Untuk menguji teori ini, para ahli mencari bintang terdekat yang tampaknya tidak memiliki planet yang sangat besar.

Ilustrasi galaksi di alam semesta. (Pixabay)
Ilustrasi galaksi di alam semesta. (Pixabay)

Salah satu contohnya, Beta Canum Venaticorum yang mirip Matahari, telah ditemukan tidak memiliki planet yang lebih besar dari Saturnus dan itu harus diprioritaskan untuk mencari planet dengan zona layak huni.

Akankah ada planet lain di luar Bumi yang memang layak huni bagi manusia? Pastinya sedang jadi pencarian astronom. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak