Bisa Ubah Sejarah, Kubus Uranium Ungkap Nazi Pernah Kembangkan Nuklir

Nazi bisa saja memenangkan perang jika kubus uranium mereka dikembangkan menjadi reaktor nuklir.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 03 Mei 2019 | 13:00 WIB
Ilustrasi kubus uranium Nazi. (University of Maryland/ John T. Consoli)

Ilustrasi kubus uranium Nazi. (University of Maryland/ John T. Consoli)

Hitekno.com - Fisikawan dari University of Maryland berhasil mengungkapkan fakta tersembunyi tentang kubus uranium milik Nazi yang bisa saja mengubah sejarah apabila berhasil dikembangkan menjadi reaktor nuklir.

Dalam catatan sejarah, Nazi Jerman diketahui merupakan musuh utama bagi AS, Inggris, dan negara Sekutu lainnya.

Seperti yang telah diketahui, setelah Perang Dunia 2, warga keturunan Jerman diusir dari berbagai negara Eropa dan dikirim ke wilayah Jerman dan Austria.

Baca Juga: Suka Menakuti Nazi, Ini Pasukan Khusus Ghost Army

Itu diakibatkan setelah Nazi menderita kekalahan dan pemimpin tertingginya, Adolf Hitler, dilaporkan telah menghilang atau bunuh diri.

Nazi bisa saja mengubah sejarah yang memalukan bagi kaumnya tersebut apabila para ilmuwannya bersatu dan berhasil mengembangkan reaktor nuklir dan senjata nuklir.

Asumsi di atas datang dari penelitian fisikawan bernama Tymothy Koeth mengenai kubus uranium Nazi.

Baca Juga: Membongkar Terowongan Rahasia NAZI, Ternyata Ini Isinya

Ilustrasi bendera Nazi. (Pixabay/ WikimediaImages)
Ilustrasi bendera Nazi. (Pixabay/ WikimediaImages)

Kubus tersebut sangat kecil, yaitu berukuran 5 sentimeter. Namun dampaknya akan sangat besar apabila kubus itu bersatu dengan ratusan kubus lainnya sehingga reaktor nuklir data tercipta.

Setelah Perang Dunia II, sebanyak 600 kubus uranium disita oleh pasukan Sekutu dan dikirim ke Amerika Serikat.

Fisikawan dan mahasiswa pascasarjana University of Maryland, Miriam Hiebert, melaporkan sesuatu yang luar biasa.

Baca Juga: Ketika Mickey Mouse Ditemukan di Kamp Nazi, Ini Penelitiannya

Penelitian yang sudah diterbitkan di jurnal Physics Today mengungkapkan satu kesimpulan yang mengejutkan.

Kesimpulan itu adalah ilmuwan Jerman bisa saja menciptakan reaktor nuklir selama perang, namun persaingan antar tim peneliti menghambat upaya tersebut.

Timothy Koeth (kanan) dan Miriam Hiebert. (University of Maryland/ John T. Consoli)
Timothy Koeth (kanan) dan Miriam Hiebert. (University of Maryland/ John T. Consoli)

Jadi, Koeth dan Hiebert mengukur energi sinar gamma (partikel cahaya berenergi tinggi) yang dipancarkan dari kubus sebagai atom dalam peluruhan.

Baca Juga: Terkenal Kejam, Berikut Keberhasilan Adolf Hitler Bersama Nazi

Pengukuran itu mengonfirmasi bahwa kubus adalah uranium alami yang belum diperkaya atau dimodifkasi.

Tes lebih lanjut menunjukkan bahwa kubus tidak pernah berada dalam reaktor nuklir yang berfungsi.

Jika sudah, para peneliti akan mendeteksi sinar gamma dari isotop cesium-137.

Dikutip dari Science News, simulasi komputer modern telah menyimpulkan bahwa simpanan 664 kubus uranium Jerman belum cukup bagi para ilmuwan untuk membuat reaktor nuklir.

Salah satu lorong terowongan rahasia yang mengarah ke bunker pengujian senjata Nazi. (Youtube/ Warren Urbexing)
Salah satu lorong terowongan rahasia yang mengarah ke bunker pengujian senjata Nazi. (Youtube/ Warren Urbexing)

Koeth dan Hiebert juga memeriksa dokumen sejarah di National Archives di College Park.

Pasangan peneliti itu menemukan referensi mengenai keberadaan 400 kubus lain yang dipegang oleh kelompok riset Jerman yang berbeda.

Pada saat itu, tim sains Jerman bersaing satu sama lain.

Jika mereka menggabungkan kekuatan, mereka akan memiliki cukup uranium untuk membuat reaktor nuklir.

Kubus uranium yang sangat kecil itu ternyata menguak misteri tersembunyi dan bahkan bisa mengubah sejarah apabila Nazi berhasil mengembangkannya menjadi reaktor nuklir.

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak