Xiaomi SU7 Ultra (CarnewsChina)
Hitekno.com - Angka penjualan mobil listrik Xiomi SU7 gterbilang cukup mengesankan. Namun, hal tersebut tak sejalan dengane kepuasan konsumen terhadap mobil listrik pabrikan Xiaomi itu.
Penjualan mobil listrik Xiomi SU7 yang banyak juga tak membebaskan produk mereka dari kritik konsumen yang membeli produk mereka.
Sedan listrik premium keluaran Xiaomi itu bahkan mendapatkan rapor merah dalam hal kualitas, menurut China Automobile Quality Ranking untuk kuartal pertama tahun 2025.
Baca Juga: Harga Yamaha XSR 155 Vs Kawasaki W175 Cafe, Pilah Pilih Motor Retro
Menurut perankingan tersebut, dari 29 model EV besar asal China, mobil listrik Xiomi SU7 menduduki peringkat terakhir.
Hal tersebut menunjukkan tingginya jumlah keluhan dan potensi cacat produksi dibandingkan kompetitor sekelasnya, menurut Arena EV.
Laporan itu dibuat oleh China Automobile Quality Network, yang diawasi langsung oleh China Market Supervision Administration.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Sedan BMW Rp60 Jutaan, Mesin Bandel dan Cocok untuk Anak Muda
Penilaian yang digunakan mereka kepada puluhan mobil listrik yakni skor penalti berdasarkan laporan kerusakan dan keluhan dari para pemilik mobil, dan semakin tinggi skornya, semakin buruk kualitas mobil yang dinilai.
Untuk Xiaomi SU7 sendiri mendapatkan skor penalti sebesar 239 poin, jauh di atas rata-rata segmennya, yakni 183 poin.
Gugatan Ratusan Pemilik Xiaomi SU7
Baca Juga: 7 HP Xiaomi Tak Dapat Update Software, Mulai dari Ponsel Murah hingga Premium
Kekecewaan terhadap Xiaomi SU 7 makin memuncak saat 400 pemilik SU7 Ultra bersatu menggugat perusahaan. Ratusan pemilik mobil keluaran Xiaomi itu bahkan kabarnya telah mengumpulkan dana untuk membiayai gugatan hukum.
Fokus gugatan mereka terkait keberadaan kap mesin berbahan serat karbon yang dijual sebagai opsional.
Xiaomi mengklaim terdapat "dual air ducts" yang dapat meningkatkan aerodinamika dan pendinginan mobil.
Sayangnya, usai diinspepksi lebih lanjut, pemilik menemukan kap mesi versi serat karbon tidak memiliki perbedaan signifikan dibandingkan versi alumunium.
Baca Juga: Huawei Pura 70 Ultra Vs Xiaomi 14 Ultra, Sama-sama Punya Spek Dewa
Uji coba terhadap hal itu bahkan telah dilakukan beberapa pemilik SU7, mereka menguji aliran udara menggunakan air blower dan kertas tisu, serta menggunakan thermal imaging.
Namun, berdasarkan hasil uji coba tersebut menunjukkan tidak ada manfaat pendinginan yang dijanjikan oleh Xiaomi.
Tanggapan Xiaomi dan Respons Pemilik Mobil
Setelah protes semakin meluas, Xiaomi akhirnya mengeluarkan permintaan maaf pada 7 Mei dan mengakui bahwa deskripsi produk mereka kurang jelas.
Sebagai bentuk kompensasi, perusahaan menawarkan 20.000 poin loyalitas serta opsi penggantian kap mesin serat karbon dengan versi alumunium standar.
Namun, banyak pemilik menolak tawaran tersebut, mengeluhkan lamanya waktu tunggu untuk penggantian suku cadang yang bisa mencapai 30 hingga 40 minggu.
Selain itu, mereka menganggap kompensasi yang diberikan tidak cukup untuk menutupi janji performa yang ternyata tidak terbukti.
Dampak Besar untuk Xiaomi Auto
Gugatan hukum ini menjadi ujian berat bagi Xiaomi Auto, yang saat ini berusaha membangun citra sebagai produsen kendaraan listrik premium.
CEO Xiaomi Auto, Lei Jun, bahkan menyebut beberapa minggu terakhir sebagai masa tersulit sejak perusahaan berdiri, mengisyaratkan tantangan serius baik secara pribadi maupun profesional.
Para analis industri membandingkan kasus Xiaomi dengan pengalaman pabrikan EV China lainnya seperti Avatr, yang berhasil mengatasi kontroversi dengan melakukan pengujian publik untuk membuktikan klaim produk mereka.
Kini, banyak pihak mendesak Xiaomi untuk melakukan verifikasi independen terhadap kap mesin serat karbon yang diklaim memiliki fitur aerodinamika.
Jika nantinya ditemukan bahwa ducts yang disebut Xiaomi memang tidak berfungsi, maka Xiaomi berpotensi menghadapi sanksi berdasarkan hukum periklanan ketat di China, yang melarang promosi yang menyesatkan konsumen.
Masalah kualitas Xiaomi SU7 bukan hanya soal kap mesin serat karbon, tetapi juga keseluruhan built quality mobil yang kini semakin diragukan oleh para pemiliknya.
Jika Xiaomi gagal menangani kontroversi ini dengan baik, nasib model SUV berikutnya, Xiaomi YU7, dan ambisi Xiaomi di industri otomotif bisa ikut terancam.
Kasus ini juga bisa menjadi peringatan bagi produsen otomotif lain, bahwa strategi pemasaran dengan klaim fitur performa harus didukung bukti nyata, atau mereka harus siap menghadapi gelombang gugatan dari konsumen yang merasa dirugikan. Untuk Xiaomi, satu hal yang pasti: masa depan mereka di industri EV kini berada dalam ujian besar.