Bahaya Beri Smartphone ke Balita, Berdampak Pada Kesehatan Mental

Kecanduan smartphone membuat jadi anak kurang tidur, obesitas hingga jadi korban cyber-bullying.

Agung Pratnyawan
Minggu, 04 November 2018 | 17:30 WIB
Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Pakutaso).

Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Pakutaso).

Hitekno.com - Ilmuwan memperingatkan kalau smartphone dan tablet dapat memengaruhi perkembangan mental anak usia 2 tahun. Apalagi usia ini adalah usia perkembangan otak.

Dilansir dari Daily Mail, hanya satu jam sehari menatap layar, bisa membuat anak lebih mungkin jadi cemas atau depresi.

Ini membuat mereka kurang penasaran, kurang mampu menyelesaikan tugas, kurang stabil secara emosional, dan menurunkan kendali diri.

Baca Juga: Kena Gangguan Mental, Youtuber Cantik Ini Pilih Pensiun

Meski usia remaja yang paling berisiko terdampak, namun anak-anak usia di bawah 10 tahun dan yang otaknya masih berkembang juga bisa terpengaruh.

Namun penelitian menunjukkan anak-anak Inggris menghabiskan hampir 5 jam setiap hari di depan perangkat elektronik.

Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Unsplash/pan xiaozhen).
Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Unsplash/pan xiaozhen).

Sebuah penelitian dari San Diego State University dan University of Georgia, mengungkap waktu penggunaan smartphone adalah penyebab serius masalah kesehatan mental yang dapat dihindari.

Baca Juga: Harus Baca, Ini Gangguan Mental yang Sering Menyerang YouTuber

''Setengah dari masalah kesehatan mental berkembang pada masa remaja'' kata profesor Jean Twenge dan Keith Campbell.

Dibutuhkan mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan masalah kesehatan mental yang dapat diubah. Karena ada yang sulit atau bahkan tidak mungkin dipengaruhi.

Namun bagaimana anak-anak dan remaja menghabiskan waktu luar mereka lebih mudah untuk diubah. Semua butuh bantuan dari orang tua dan guru.

Baca Juga: Sering Foto Selfie Beri Dampak Buruk Pada Kesehatan Mental Remaja

Orang tua dan guru harus mengurangi waktu yang dihabiskan anak-anak untuk online atau menonton televisi saat mereka belajar, bersosialisasi, makan, bahkan bermain.

Profesor Twenge mengungkap kalau studinya mendukung batasan waktu yang ditentukan American Academy of Pediatrics.

Yaitu batasan maksimal satu jam per hari dalam penggunaan smartphone dan tablet bagi anak usia 2 hingga 5 tahun.

Baca Juga: Lima Kebiasaan di Media Sosial yang Berbahaya Bagi Mental

Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Unsplash/Hal Gatewood).
Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Unsplash/Hal Gatewood).

Studi ini juga memberikan rujukan batasan yang serupa kepada anak usia sekolah dan remaja. Untuk usia ini disarankan tidak lebih dari 2 jam sehari.

Para peneliti menganalisa lebih dari 40 ribu anak-anak AS yang berusa dua hingga 17 tahun. Data ini diperoleh dari survei kesehatan nasional pada 2016.

Kuisioner yang dibagikan berisi tentang perawatan medis anak-anak, masalah emosional, perkembangan atau perilaku dan berapa lama waktu yang dihabiskan anak di depan layar.

Peneliti menemukan kalau remaja yang menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari di depan layar, dua kali lebih berisiko alami kecemasan atau depresi dibandingkan yang menghabiskan satu jam sehari di depan layar.

Studi ini juga menemukan kalau hubungan kuat antara waktu di depan layar dan kesehatan lebih kuat di remaja daripada anak-anak.

''Pada awalnya saya terkejut asosiasi itu lebih besar untuk remaja'' kata profesor Twenge.

''Namun, remaja menghabiskan lebih banyak waktu di smartphone dan media sosial, dan kami tahu dari studi lain yang mengungkap aktivitas ini terkait erat dengan rendahnya kesehatan daripada televisi dan video, yang sebagian besar ditonton anak-anak lebih muda'' lanjutnya.

Bahkan terungkap anak yang menghabiskan waktu 4 jam sehari di depan smartphone memiliki tingkat kesehatan psikologis yang lebih rendah dari anak yang menghabiskan waktu 1 jam sehari di depan smartphone.

Untuk akan balita (bawah 5 tahun), berisiko dua kali lebih mungkin untuk sering kehilangan kesabaran mereka. Dan 36 persen lebih rentan tidak dapat tenang ketika terlalu bersemangat.

Ditemukan empat dari sepuluh anak usia 14 hingga 17 tahun yang menghabiskan 7 jam sehari di depan layar tidak menyelesaikan tugasnya.

Satu dari sebelas anak di usia 11 hingga 13 tahun yang menghabiskan waktu 1 jam di depan layar tidak tertarik mempelajari hal-hal baru.

Menurut yang dimuat dalam jurnal Preventative Medicine Reports, para profesor mengatakan kalau mereka sangat tertarik pada hubungan antara lama waktu di depan layar dan diagnosa kecemasan dan depresi pada anak.

''Penelitian sebelumnya pada asosiasi antara waktu di depan layar dan kesehatan psikologis antara anak-anak dan remaja membuat peneliti mempertanyakan batas waktu berapa lama yang disarankan organisasi dokter'' tulis dalam jurnal tersebut.

Menurut Institusi Kesehatan Nasional AS, diperkirakan anak-anak dan meraja menghabiskan rata-rata lima hingga tujuh jam di depan layar selama waktu senggang.

Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Pakutaso).
Ilustrasi anak gunakan smartphone. (Pakutaso).

Permasalahan tidak berhenti di sini.

Pada 2018, WHO memutuskan untuk memasukkan gaming disorder dalam revisi ke-11 klasifikasi penyakit internasional.

Lalu, pada Desember 2017 peneliti dari Universitas Oxford menemukan waktu rata-rata anak-anak 'zombie' Inggris meningkat dalam satu generasi. Dari yang tadinya di bawah tiga jam, kini menjadi empat jam 45 menit.

Para ahli juga memperingatkan kalau kecanduan smartphone dapat membuat anak-anak kurang tidur, obesitas dan jadi korban cyber-bullying.

Selain itu juga berisiko kehilangan keterampilan sosial yang berharga dari kurangnya tatap muka dengan orang lain.

Untuk dapat menghindari masalah-masalah di atas, harus dimulai sejak dini. Batasi waktu penggunaan smartphone pada anak balita bisa jadi kuncinya. 

Berita Terkait
TERKINI

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB

Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA (CNEOS) telah mencatat lebih dari 32.000 asteroid yang berada dekat dengan Bumi....

sains | 15:44 WIB

Kontribusi Goodenough merevolusi bidang teknologi membuat namanya layak dikenang sebagai sosok penting....

sains | 13:54 WIB

Jika tidak ada yang dilakukan, tingkat diabetes akan terus meningkat di setiap negara selama 30 tahun ke depan....

sains | 18:50 WIB

Vladimir Putin, pertama kali mengumumkan pengembangan drone Poseidon dalam pidato kepada parlemen Rusia 2018 lalu....

sains | 18:26 WIB

Berikut adalah sederet mitos tentang daging kambing yang banyak dipercaya masyarakat. Benarkah?...

sains | 10:19 WIB

Apakah kalian tahu apa perbedaan antara pandemi dan endemi? Simak penjelasannya di sini....

sains | 20:20 WIB

Prosedur bariatrik ramai disorot setelah beberapa seleb Indonesia diketahui menjalani tindakan medis ini....

sains | 17:01 WIB

Begini akal-akalan Toyota untuk memikat orang agar tertarik dengan mobil listrik. Seperti apa?...

sains | 10:25 WIB

SATRIA adalah satelit yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia....

sains | 15:42 WIB

Satelit Satria-1 milik Indonesia akhirnya berhasil diluncurkan, diklaim sebagai terbesar di Asia....

sains | 15:59 WIB

Simak penjelasan apa itu El Nino lengkap dan dampak hingga potensi bahayanya bagi Indonesia....

sains | 15:48 WIB

Sering berlama-lama di depan monitor atau ponsel? Leher terasa kaku bahkan cenderung nyeri?...

sains | 16:38 WIB

Apa saja tanda-tanda rabies pada anjing? Awas jangan sampai terkena gigitanya, ya! Bisa fatal!...

sains | 13:09 WIB
Tampilkan lebih banyak